Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saatnya, Guru Tak Lagi Takut Nilai Matematika Siswanya Jelek....

Kompas.com - 11/08/2014, 07:00 WIB
KOMPAS.com - Para guru menilai, Kurikulum 2013 dapat membentuk karakter siswa yang baik, karena aspek spiritual dan sikap sosial siswa menjadi bagian yang dinilai. Siswa jadi lebih aktif dan kreatif.

Pro ataupun kontra terhadap implementasi Kurikulum 2013 lebih kurang adalah karena ada perbedaan cara pandang atau belum memahami secara utuh konsep kurikulum berbasis kompetensi yang menjadi dasarnya.

Ini seperti diungkapkan Kudi Rukadi, Kepala SD Negeri Cijawura, Bandung, Jawa Barat. Kudi mengatakan, Kurikulum 2013 sangat bagus karena yang diuji adalah sikap, sementara penilaian pada kurikulum sebelumnya adalah standar kompetensi.

"Sekarang, kompetensi inti dan kompetensi dasar diramu sedemikian rupa sehingga saat guru mengetahui tujuan pembelajaran seperti apa, maka proses pembelajaran juga akan lebih mudah," ujar Kudi kepada Kompas.com, pekan lalu.

Kudi mengatakan, sebenarnya dia dan sekolahnya sudah memulai konsep seperti diterapkan dalam Kurikulum 2013, yaitu metode pembelajaran terintegrasi yang berfokus pada lingkungan hidup. Itu sebabnya, sekolahnya termasuk dalam sekolah peraih penghargaan Adiwiyata tingkat nasional 2014.

"Kami menganut prinsip, tidak takut anak-anak tidak pintar IPA, tidak pintar Matematika, tidak takut nilainya jelek. Sebaliknya, kami takut jika anak-anak tidak bisa antre, tidak bisa menjaga
lingkungan sekolah dengan baik. Dari dulu kami sudah menerapkan ini, sehingga tidak kesulitan saat Kurikulum 2013 diimplementasikan secara menyeluruh tahun pelajaran baru ini," ujarnya.

Kudi melanjutkan, dalam metode pembelajaran Kurikulum 2013 untuk tema lingkungan misalnya, guru olahraga dapat mengolaborasikan dengan permainan yang menyenangkan. Menurutnya, Kurikulum 2013 itu sebenarnya tidak sulit untuk diterapkan. Sementara untuk proses penilaian, pihaknya mengembangkan aplikasi yang dimasukkan ke dalam portal sekolah.

"Ini agar orang tua juga bisa tahu aspek penilaiannya sesuai dengan kaidah-kaidah penilaian,
termasuk di dalamnya absensi siswa maupun guru. Semua terlihat di aplikasi ini, yang selalu di-up date seminggu sekali. Selain itu, aplikasi ini akan memudahkan guru memberikan penilaian kepada siswa yang disampaikan dengan model deskriptif-kualitatif.

Dok Kemendikbud Ulan Sumilan, Kepala SD Negeri Buahbatu 1 dan 3, Bandung, percaya bahwa Kurikulum 2013 dapat membentuk karakter siswa yang baik. Hal itu karena aspek spiritual dan sikap sosial siswa menjadi bagian yang dinilai.
Senada Kudi, Ulan Sumilan, Kepala SD Negeri Buahbatu 1 dan 3, Bandung, percaya bahwa Kurikulum 2013 dapat membentuk karakter siswa yang baik. Hal itu karena aspek spiritual dan sikap sosial siswa menjadi bagian yang dinilai.

"Karena untuk menjadi pintar saat ini mudah, ada les private, sementara untuk menjadi manusia berkarakter butuh proses yang harus ditanamkan sejak dini," kata Ulan.

Tahun lalu SD Negeri Buahbatu 1 dan 3 Bandung memang tidak ditunjuk sebagai sekolah piloting. Namun, menurut Ulan, pihaknya sudah mencoba menerapkan metode pembelajaran Kurikulum 2013 pada kegiatan belajar mengajar di kelas.

"Sejak tahun lalu guru-guru kami sudah mendapatkan pelatihan. Agar hasil pelatihan itu dapat segera diaplikasikan, saya minta mereka menerapkan Kurikulum 2013 di kelas 1, 2, 4, dan 5 di kelas masing-masing," katanya.

Sebelum pembelajaran efektif berlangsung pada tahun pelajaran baru ini, lanjut Ulan, dia meminta para guru untuk menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada dua minggu pertama. Ternyata, tutur dia, banyak guru sudah cukup baik dalam membuat RPP tersebut.

"Hanya memang, di sekolah kami, dalam satu kelas cukup banyak siswa, sekitar 38-40 orang,
sehingga guru harus ekstra dalam mengajar," ujarnya.

Dalam praktiknya, lanjut Ulan, tahun lalu sekolahnya sudah mencoba menggunakan model pembelajaran kreatif, salah satunya menggunakan power point dan LCD. Namun, karena fasilitas LCD itu terbatas hanya terpasang di satu ruangan, baru guru agama dan guru kelas 2 yang menggunakannya.

"Memang, dengan Kurikulum 2013 penggunaan sarana dan prasarana sekolah menjadi salah satu bagian dalam proses pembelajaran. Untuk itu, sarana dan prasarana yang sudah sekolah miliki dan selama ini tidak digunakan, akhirnya dapat dimanfaatkan," kata Ulan.

Dia mengaku bersyukur, guru-guru di sekolahnya saat ini sering berkumpul untuk sekadar berbagi pengalaman tentang pengajaran yang mereka lakukan kepada peserta didik. Dengan begitu, mereka dapat saling mengambil apa yang baik dan apa yang masih perlu diperbaiki.

"Kebetulan di sekolah kami ada guru yang ditunjuk sebagai instruktur nasional sehingga setiap
pertanyaan dapat langsung ditanyakan.

Aktif dan Terampil

Seperti dipaparkan Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh, mengingat pendidikan idealnya proses sepanjang hayat, maka lulusan atau keluaran dari suatu proses pendidikan tertentu harus dipastikan memiliki kompetensi yang diperlukan untuk melanjutkan pendidikannya secara mandiri sehingga esensi tujuan pendidikan tercapai.

Mendiknas mengatakan, dalam usaha menciptakan sistem perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian yang baik, proses panjang tersebut dibagi beberapa jenjang, berdasarkan perkembangan dan kebutuhan peserta didik. Setiap jenjang dirancang memiliki proses sesuai perkembangan dan kebutuhan peserta didik sehingga ketidakseimbangan antara input yang diberikan dan kapasitas pemrosesan dapat diminimalkan.

Dok Kemendikbud Yus Rustandi, Guru PJOK SMA Negeri 8, Bandung, mengatakan pendekatan pembelajaran pada Kurikulum 2013 berbeda. Anak diajak untuk mencari tahu, bukan diberitahu. Kurikulum 2013 mengajarkan anak untuk mengamati, bertanya, mengumpulkan informasi, menganalisis sendiri, hingga mempresentasikannya.
Yus Rustandi, Guru PJOK SMA Negeri 8, Bandung, sepakat dengan hal itu. Meskipun mengajar di kelas XII yang belum menerapkan Kurikulum 2013, namun setelah berdiskusi dengan para guru  di kelas X dan XI, Kurikulum 2013 memang berbeda dengan kurikulum sebelumnya. Pada KTSP misalnya, penetapan tujuan pembelajaran dimulai dari standar kompetensi, sedangkan pada Kurikulum 2013 dimulai dari kompetensi inti.

"Selain itu, pendekatan pembelajaran juga berbeda. Anak diajak untuk mencari tahu, bukan diberitahu. Kurikulum 2013 mengajarkan anak untuk mengamati, bertanya, mengumpulkan informasi, menganalisis sendiri, hingga mempresentasikannya," kata Yus.

Dia mencontohkan pembelajaran PJOK setelah Kurikulum 2013 diterapkan. Misalnya, lanjut dia, materi minggu depan adalah mengenai olahraga basket.

"Nah, siswa diberikan tugas untuk mencari tahu terlebih dahulu mengenai basket. Setelah itu, mereka mempresentasikan dan mempraktikkan olahraga tersebut," ujarnya.

Yus sepakat, bahwa Kurikulum 2013 mengajarkan anak untuk lebih banyak berkreasi, karena aspek kreativitas dan keterampilan memang ditekankan. Dampaknya, siswa jadi lebih aktif berbicara mengemukakan materi yang sedang dipelajari.

"Alhamdulillah, sarana dan prasarana olahraga di sekolah kami cukup menunjang pembelajaran Kurikulum 2013, sehingga kami tidak kesulitan menerapkannya dalam pelajaran PJOK. (RATIH)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com