Guru Optimistis, Pendekatan Kurikulum 2013 Sangat "Scientific"

Kompas.com - 12/08/2014, 11:30 WIB
KOMPAS.com — Implementasi Kurikulum 2013 secara serentak dilaksanakan pada tahun pelajaran baru 2014/2015, yang dimulai pada Senin (4/8/2014). Di hadapan puluhan wartawan saat jumpa pers di Gedung Kemdikbud, Jakarta, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh mengundang delapan guru yang bertugas di Provinsi DKI Jakarta untuk memberikan pendapatnya mengenai Kurikulum 2013.

Silmi Martini, guru SD 03 Pulo Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, mengaku sedikit ragu pada perubahan kurikulum. Ia mengaku sempat gamang.

"Awalnya saya gamang. Namun, setelah mendalaminya, saya optimistis pendekatan pada Kurikulum 2013 sangat scientific. Anak dipacu mengalami, lalu menalar. Semua indera dipakai dan mengeksplorasi," tutur Silmi.

Silmi juga menceritakan, dirinya ditunjuk oleh Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) DKI Jakarta untuk menjadi instruktur nasional (IN). Saat pertama memberikan pelatihan kepada guru, ia mengaku bahwa banyak guru yang menganggap Kurikulum 2013 sulit.

"Kurikulum 2013 itu ribet, itu kata mereka pada segmen pertama. Akan tetapi, begitu masuk pelatihan hari ketiga, para guru itu mulai memahami dan menerima konsep Kurikulum 2013," ujarnya.

Sementara itu, Dwi Herawati, guru lainnya di SD 03 Pulo Kebayoran Baru mengaku sempat kesulitan dalam memahami cara memberikan penilaian untuk peserta didik. Namun, ia kemudian dapat memahaminya setelah mengikuti pelatihan selama seminggu.

"Saya optimistis karena ini baik, dan mengutamakan budi pekerti, terutama di SD," katanya.

Sebagai perwakilan kepala sekolah, hadir juga Kardiman, Kepala SD 01 Pulo, Kebayoran Baru. Ia mengaku telah mengadakan sosialisasi Kurikulum 2013 kepada orangtua murid.

Awalnya, menurut Kardiman, banyak orangtua pesimistis mendengar Kurikulum 2013 hanya menargetkan aspek kognitif sebesar 20 persen. Namun, akhirnya mereka mengerti setelah dijelaskan bahwa ada tiga kompetensi yang ditekankan dalam Kurikulum 2013, yaitu attitude (perilaku), skill (keterampilan), dan knowledge (pengetahuan).

"Sekarang kita butuh anak yang punya moral dan sikap yang baik," ucap Kardiman.

Pada jenjang SMP, hadir juga Widiana, guru SMP 19 Jakarta. Dia mengatakan, Kurikulum 2013 bagus untuk membentuk generasi emas. Karena itu, lanjut dia, guru harus bisa memerinci tingkah laku dan kemampuan anak didiknya.

"Seorang guru harus dapat melihat apa pun kemampuan seorang anak. Dari situlah kemudian guru dapat mem-breakdown dan membimbing peserta didiknya," kata Widiana.

Dia juga memberikan usul kepada Mendikbud untuk mendukung terbentuknya moral murid yang baik sebelum terjun ke masyarakat, yaitu dengan meniru program dari luar negeri, misalnya service learning.

"Saya punya usul, banyak pelajar sebagai manusia zombie, seperti suka tawuran. Saya usul service learning. Itu kewajiban mereka untuk menamatkan sekolah dengan membantu masyarakat," katanya.

(DESLIANA MAULIPAKSI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau