KOMPAS.com - Di dunia pendidikan, kata ”kurikulum” bukanlah barang baru karena kurikulumlah yang menjadi acuan pelaksanaan proses belajar-mengajar.
Namun, tidak semua orangtua murid atau wali murid mengenalnya dengan baik meskipun mereka pernah sekolah. Seyogianya, materi kurikulum dibuka secara luas dan dapat diakses lewat internet oleh siapa saja, terutama warga yang akan menyekolahkan anak ke jenjang pendidikan tertentu.
Dengan mengetahui kurikulum, orangtua bisa memprediksi anaknya akan memperoleh kemampuan akademik, keterampilan, dan perkembangan berinteraksi macam apa apabila melanjutkan ke SMP, SMA atau SMK. Orangtua juga perlu tahu kompetensi para guru dalam mengajar. Bisa dibayangkan, betapa sulitnya anak didik dalam menangkap mata pelajaran jika guru kurang cakap mengajar.
Selain sekolah, anak-anak juga masih harus mengikuti kursus untuk memperdalam mata pelajaran yang diberikan secara samar-samar di sekolah. Jangan-jangan setelah dinyatakan lulus dari sekolah, pengetahuan akademik anak didik masih kosong atau baru terisi sedikit seperti telepon seluler yang di-charge dengan cara yang tidak benar.
Inilah antara lain yang menjadi alasan mengapa orangtua memilih sekolah tertentu ketika mendaftarkan anak kesayangan mereka. Sekolah yang diyakini masyarakat punya kemampuan baik dalam mendidik akan kebanjiran murid meskipun sumbangan pendidikan relatif mahal.
Inilah yang menjadi salah satu alasan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan mengapa para guru harus diberi pelatihan bagaimana menerapkan kurikulum yang sedang diberlakukan. Tanpa kompetensi guru yang memadai dalam menerapkan kurikulum, hasilnya akan menjadi tidak keruan dan arahnya tidak jelas.
Padahal, kurikulum telah menyatakan tujuan pengajaran harus jelas, baik dalam instruksional umum maupun khusus. Dan, tujuan itu harus dinyatakan secara tertulis oleh guru ketika membuat persiapan mengajar. Tujuan instruksional khusus biasanya kemampuan bersifat operasional. Misalnya, dengan mengajarkan tenses dalam bahasa Inggris, anak didik akan mampu bercakap-cakap dalam bahasa Inggris sesuai perubahan waktu, atau mereka dapat membedakan perubahan kalimat.
Sementara tujuan umum bersifat lebih luas. Misalnya, dengan belajar tenses, anak didik dapat menggunakan bahasa Inggris untuk pergaulan dunia dan memahami teks-teks bahasa Inggris.
Sebagai panduan praksis pendidikan, kurikulum tentu memuat garis-garis besar program pengajaran serta mencantumkan buku yang menjadi referensi dan metode belajar-mengajar yang tepat. Di sini, guru harus benar-benar paham dan mampu menerapkannya.
Kurikulum memang terus berevolusi, terus berubah, dan dirancang sesuai tuntutan perkembangan zaman yang terus bergerak maju seiring kemajuan nasional dan global. Tentu saja Menteri Pendidikan dan Kebudayaan sebelumnya Muhammad Nuh punya alasan kuat mengapa kurikulum harus dirombak dan hasil perombakan yang dinamai Kurikulum 2013 (K-13) harus segera diterapkan.
Kurikulum baru akan diterapkan kembali secara serentak setelah dievaluasi, diperbaiki jika diperlukan, dan para guru, termasuk para kepada sekolah, secara meyakinkan mampu melaksanakannya. Selain itu, ketersediaan materi pendukung, terutama buku, juga dapat didistribusikan secara merata. (mohammad.nasir@kompas.com)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.