KOMPAS.com - Banyak orang beranggapan bahwa kuliah online hanya "cara cepat" mendapatkan gelar pendidikan. Terlepas dari manfaat dan kelebihan sistem ini, orang masih enggan mencobanya hanya karena asumsi negatif tersebut.
Memang, model pembelajaran konvensional lebih familiar di benak banyak orang. Hal itu sulit dibantah, mengingat kegiatan belajar-mengajar di jenjang sekolah dasar sampai sekolah menengah juga menggunakan metode yang hampir sama.
Namun, seiring berkembangnya teknologi dan meluasnya kebutuhan pendidikan bagi masyarakat, perguruan tinggi negeri maupun swasta kini sedang berlomba-lomba mengembangkan sistem perkuliahan online dengan kualitas setara perkuliahan konvensional. Jadi, sudah saatnya mitos negatif tentang perkuliahan online dihilangkan, seperti berikut ini:
1. Minim pertemuan, minim kualitas
Sistem perkuliahan online memang mengedepankan self learning dan menuntut time management yang baik dari mahasiswanya. Pilihlah universitas dengan pelayanan Learning Management System (LMS). Di sinilah mahasiswa dapat mengunduh materi pembelajaran dan tugas-tugas kuliahnya secara online.
Selain pertemuan rutin dua kali dalam satu semester, sistem perkuliahan online juga menyediakan forum diskusi terbuka dan personal antara mahasiswa dan dosen atau kelompok belajar dengan dosen sebagai moderator. Bahkan, mahasiswa bisa berdiskusi langsung dengan dosen bersangkutan melalui video conference atau live chat sehigga feedback lebih cepat, bahkan real time.
Pengumpulan tugas juga memiliki tenggat waktu tersendiri sehingga mahasiswa diwajibkan untuk disiplin dengan waktu. Sistem online menuntut kemandirian mahasiswa.
"Apabila mahasiswa itu tidak memiliki niat maupun kedewasaan untuk belajar dan mengerjakan semua tugas, maka akan tertinggal dengan mahasiswa lainnya. Si mahasiswa juga akan lulus lebih lama daripada mahasiswa lainnya," ujar Tubagus Hanafi Soeriaatmadja, Program Director MM Executive BINUS Business School, kepada KOMPAS.com pekan lalu.
2. Mental nyontek
Tak dapat dimungkiri, minimnya pengawasan memicu terjadinya kecurangan. Karena itu, pada sistem kuliah online ujian semester tetap dilakukan di bawah pengawasan learning center milik kampus.
"Kalau sudah dekat waktu ujian, biasanya kita ada dua kuliah terakhir untuk persiapan belajar. Ujiannya juga di kampus, kok. Jadi, no cheating," tutur Adelia Swastika, alumnus Binus Online Learning 2014, ditemui di kantornya di Jakarta, Selasa (7/4/2015).
Pada dasarnya, menurut Adel, perkuliahan model apa pun yang dipilih, mahasiswa harus mulai membiasakan diri untuk jujur. Itu kunci suksesnya kuliah online.
3. Ijazah berbeda
Jangan khawatir! Ijazah dan gelar yang didapatkan setelah menyelesaikan perkuliahan berbasis online learning setara dan sama dengan yang didapatkan melalui perkuliahan konvensional. Jika ragu, silakan mengakses situs universitas yang dipilih atau bertanya langsung ke pihak admisi mereka.
4. Sistem rumit