Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Generasi Y, Penerbit, dan "Ngopi-ngopi" Bareng

Kompas.com - 15/04/2016, 11:07 WIB

Penerbit lantas melakukan seleksi apakah naskah-naskah tersebut layak diterbitkan. Jika naskah dianggap layak, penerbit akan mengurus seluruh prosesnya, mulai dari penyuntingan, desain tata letak, desain sampul, percetakan, distribusi hingga akhirnya terpajang di toko buku.

Dengan pola itu, segala sesuatunya ditentukan oleh penerbit dengan standar-standar tertentu, mulai dari spesifikasi kertas, sampul, hingga oplah cetak.

Apa iya masih zaman seperti itu?

Di era ketika otoritas telah sedemikian tersebar, bisa jadi pertimbangan dan standar penerbit tersebut dapat dipertanyakan. Sebab, dalam beberapa kasus, bisa saja penerbit luput melihat celah yang dilihat jelas oleh penulis-penulis generasi Y.

Mungkinkah ada titik tengah antara keduanya?

Di sinilah letak diskusinya. Bagaimana penerbit bisa tetap eksis di tengah-tengah generasi Y yang semakin narsis. Penerbit buku, mau tidak mau, suka tidak suka, harus siap membuka ruang komunikasi seluas-luasnya dengan para penulis generasi Y.

Bisa jadi, prosesnya bukan lagi penulis mengirimkan naskah dan penerbit menentukan kelayakannya. Old school banget itu.

Bisa jadi, prosesnya adalah editor (dari penerbit) dan calon penulis ngopi-ngopi bareng, bicara apa saja, dari soal politik sampai kuliner, dari gaya hidup sampai kesehatan, dan pada momen tertentu muncullah ide untuk membuat buku bersama.

Ide itu lantas bisa dimatangkan menjadi gaya penulisan, jenis ilustrasi, ukuran buku, desain tata letak, jenis kertas, promosi sosial media, peluncuran, sampai trik dan metode penjualan.

Bisa jadi, dengan ngopi-ngopi itu, ada berbagai ide yang dapat dieksekusi. Itu artinya, penerbit dan Net Generation tak perlu saling menang-menangan. Keduanya masih dapat terus berkolaborasi.

Tak perlulah penerbit mengagung-agungkan standardisasinya, tetapi juga tak bijaklah jika Net Generation memuja-muja alternatif self-publishing.

Ini penting: menutup mata terhadap pengalaman, kualitas, serta jaringan penerbit adalah kepandiran. Namun, menolak mentah-mentah alternatif self-publishing juga adalah kebebalan.

Mengutip buku Don Tapscoot, Grown Up Digital, terbitan Gramedia Pustaka Utama, “Saat ini jamak dijumpai orang berusia 11–30 tahun yang melakukan lima hal secara bersamaan: mengirim pesan, mengunduh musik, menggungah video, menonton film di ponsel, dan melakukan aktivitas sosial media.”

Pertanyaannya, di manakah posisi penerbit di antara generasi “grown up digital”? Jawabannya mungkin dapat ditemukan saat ngopi-ngopi bareng. (Andi Tarigan, editor di Gramedia Pustaka Utama)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com