Liem Sioe Liong dan Soeharto, di Antara Uang dan Kekuasaan...

Kompas.com - 22/04/2016, 12:42 WIB

KOMPAS.com - Bagaimana mungkin seorang pengusaha Tionghoa di masa Orde Baru yang kental sentimen anti-Tionghoa mampu menjadi seorang taipan Indonesia terkaya di Asia Tenggara?

Di puncak kesuksesannya, sekitar tahun 1996, Liem Sioe Liong terlibat erat dengan kehidupan sehari-hari jutaan keluarga Indonesia. Mulai dari bank (BCA), semen (Indocement), pengolahan tepung (Bogasari), hingga makanan (Indofood). Bahkan, perusahaan mi instan miliknya telah mengalahkan sang produsen instan, Nissin Food.

Dekat dengan Soeharto

Kesuksesan Liem tak dapat dilepaskan dari pertemanan dan patronasenya dengan Presiden RI saat itu, Soeharto. Berkat perlindungan yang diberikan Soeharto, Liem mendapatkan perlakuan istimewa berbisnis di Indonesia. Tentu saja, hal itu menuntut imbalan, yakni dalam bentuk saham dan sumbangan kepada yayasan-yayasan yang dinaungi Soeharto.

Perkenalan Liem dengan Soeharto dimulai saat Liem memasok kebutuhan tentara di bawah komando Soeharto. Hal itu berlanjut saat Soeharto menjadi komandan divisi di Semarang tahun 1956, bahkan berkembang setelah Soeharto menjadi presiden. Dengan perpaduan kerendahan hati dan keramahan, Liem menjaga pertemanan dengan Soeharto hingga masa tuanya.

Memang, walaupun Liem dan Soeharto lahir di negeri berbeda, menurut buku Liem Sioe Liong dan Salim Grup: Pilar Bisnis Soeharto, keduanya punya banyak kesamaan. Simak berikut ini:

1. Keluarga Sederhana

Kesamaan paling mencolok adalah, baik Liem maupun Soeharto bukanlah keturunan keluarga kaya. Keduanya lahir dari keluarga sederhana di pedesaan.

Kesederhanaan itu masih dibawa oleh kedua pribadi tersebut sampai dengan akhir hidupnya. Sepanjang masa kepresidenan, Soeharto mendiami rumah tidak mencolok yang sama di Jalan Cendana.

Selain itu, masa kecil Soeharto yang hidup dekat dengan sawah dan pertanian membuatnya betah menikmati peternakan Tapos miliknya di daerah Bogor. Di sisi lain, Liem tetap merasa bahagia menyantap sarapan sederhana bubur dan tahu bersama keluarganya.

2. Pendidikan formal seadanya

Baik Liem maupun Soeharto bukanlah lulusan perguruan tinggi ternama, atau pendidikan tinggi formal dari luar negeri. Mereka mengenyam pendidikan formal seadanya. Bahkan, mereka tidak fasih berbahasa asing.

Liem menceritakan bahwa dirinya hanya sempat mengenyam pendidikan informal dengan seorang guru yang diundang  ke desanya. Sementara itu, Soeharto hanya menamatkan SMP sebelum meneruskan ke pendidikan ketentaraan.

Dengan latar belakang pendidikan terbatas, keduanya sukses di jalur yang berbeda.  Yang satu berhasil menjadi pemimpin sebuah negara selama lebih kurang 30 tahun, dan lainnya berhasil mengembangkan bisnis hingga ke mancanegara.

3. Percaya hal mistis

Kesamaan lain, mereka percaya pada hal-hal berbau mistis. Di masa mudanya Soeharto adalah penganut kebatinan dan sering berkonsultasi kepada "orang pintar", misalnya Kiai Daryatmo.

Soeharto juga suka belajar meditasi dan bersemedi di gua-gua keramat di Jawa. Pada 1974, dia bahkan pernah mengundang PM Australia Gough Whitlam ke sebuah gua di Jawa Tengah, Gua Semar, tempatnya biasa bersemadi. Hal itu ditafsirkan bahwa Soeharto memercayai pemimpin Australia itu.

Liem pun sangat memercayai hal mistik. Dia akan menemui seorang rahib Buddha dan peramal Tao sebelum membuat keputusan bisnis besar.

Ia juga familier dengan tempat-tempat keramat di Jawa. Ia sering berziarah ke Gunung Kawi untuk berkonsultasi perihal bisnisnya. Bahkan, kepercayaannya akan fengsui menyebabkan dirinya enggan mengubah rumah tuanya di Kudus agar peruntungannya tidak berubah.

4. Karakter yang tenang

Baik Liem maupun Soeharto dikenal sebagai pribadi yang tidak pernah mengumbar perasaan di depan umum. Soeharto bahkan dikenal sebagai "The Smiling General" yang tidak pernah menampakkan sikap tergesa-gesa dan meledak-ledak. Ia lebih menunjukkan sikap yang sopan dan penuh senyum.

Demikian juga dengan Liem. Orang yang mengenal dekat Liem, memahami dirinya sebagai pribadi yang tenang. Jarang sekali Liem kedapatan sedang marah atau meninggikan suara. Bahkan, bila harus marah, ia akan cepat melupakannya. Oleh karena itu, banyak orang suka padanya.

5. Menepati janji

Kesamaan selanjutnya adalah  keduanya memiliki keutamaan dapat dipercaya, dapat diandalkan. Liem memiliki kepribadian menyenangkan, murah hati, halus, dan dapat dipercaya sehingga menjadi kandidat "sahabat ideal" bagi Soeharto yang juga dikenal sebagai pribadi konsisten, menepati janji, dan menjunjung kesetiaan.

Namun, hanya mengandalkan kesamaan semata belumlah menjadikan dua pribadi tersebut terus berhubungan dan akhirnya menjadi sahabat. Hal itu seperti dituturkan Anthony Salim, putra Liem Sioe Liong, tentang kedekatan ayahnya dengan Soeharto.

"Ketika berbicara dengan bos mana pun, Anda tahu di mana Anda berdiri. Dia bosnya. Dalam organisasi apa pun, bos adalah bos, tak peduli Anda menganggap bos itu bodoh atau benar atau salah, itu tidak penting, dialah yang memegang kekuasaan," ujar Anthony.

Dengan mengetahui cara menempatkan diri di hadapan Soeharto, Liem terus mendapatkan keistimewaan dan perlindungan dalam bisnisnya. Sang presiden harus mengetahui dengan sangat jelas bahwa dialah pengambil keputusan terakhir. Selain bahwa Liem bukanlah saingan politik presiden.

Eksklusif

Buku Liem Sioe Liong dan Salim Grup: Pilar Bisnis Soeharto adalah sebuah kisah pengusaha yang menjaga titik keseimbangan relasi dengan penguasa dalam menjalankan bisnisnya di Indonesia di zaman Orde Baru.

Kisah Liem Sio Liong, seorang perantauan Tiongkok miskin, yang kemudian di masa suksesnya menjadi bos konglomerasi terbesar di Indonesia, berkelindan dengan narasi perekonomian Indonesia. Sangat menarik karena dituturkan dalam gaya jurnalistik, yaitu dengan masukan eksklusif dari Liem Sioe Liong dan Anthony Salim. Lengkapnya bisa disimak di sini.

MAHATMA CHRYSHNA/PENERBIT BUKU KOMPAS

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau