Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Temukan Momen Cerdas Anak Lewat Permainan

Kompas.com - 29/04/2016, 08:05 WIB
Anne Anggraeni Fathana

Penulis

KOMPAS.com - Membesarkan anak butuh kesabaran ganda, kata sebuah ungkapan lama. Itu pula yang dirasakan Rina (29 tahun). Sehari-hari, dia mengurus dua anak lelakinya, Fiko (2) dan Rio (4).

Fiko senang memenuhi dinding rumah mereka dengan gambar-gambar abstrak khas bocah cilik. Bila ada alat tulis yang kebetulan tergeletak, Fiko akan langsung mengambilnya dan mulai menggambar lagi.

Kebiasaan Fiko sesekali diganggu abangnya yang mengajak berinteraksi. Rio suka menjaili adiknya, mulai dari menyapa, mengajak bicara, sampai mengambil pensil dari tangan Fiko.

Rina hanya bisa menggeleng dan melerai jika kedua jagoannya itu sedang ribut. Ia sering merasa lelah dan tak sabar menunggu saat-saat di mana dinding rumahnya bisa bersih kembali. Namun sebagai ibu, Rina sadar betul bahwa perilaku Fiko dan Rio adalah bagian dari perkembangan mereka.

Riset di Masschusetts Institute of Technology (MIT) di Amerika Serikat mengenai anak usia dini, mendukung pemikiran Rina. Riset itu mendapati, anak yang memiliki banyak waktu untuk bebas bermain akan tumbuh lebih cerdas dan mudah bergaul di masa depan.

Selain itu, bermain adalah fondasi sekaligus proses belajar bagi si kecil untuk memecahkan masalah, lebih kreatif, dan mengenali batasan diri.

"Anak justru akan kehilangan momen belajar jika tidak ada fasilitas dan pendampingan melakukan berbagai permainan fisik," ujar psikolog dari Rumah Sakit Ibu Anak Brawijaya, Rika Ermasari, seperti dikutip Kompas.com, Senin (7/10/2013).

Meski begitu, kebebasan bermain sebaiknya tetap mendapat pendampingan orang dewasa, termasuk ibu. Sosok ibu berperan penting sebagai teman anak sejak kecil sekaligus pendamping yang mengajari hal-hal baru bagi mereka.

Menghabiskan waktu bersama anak juga memberi kesempatan bagi ibu untuk memahami lebih jauh setiap momen cerdasnya sang buah hati. Waktu ini juga membantu menciptakan kedekatan dan harmoni antara ibu serta anaknya.

Stimulasi kecerdasan anak

Mengenali mainan yang tepat dan tahapan bermain sesuai usia penting dilakukan oleh seorang ibu. Hal ini berpengaruh untuk memaksimalkan stimulasi pertumbuhan kognitif, motorik, emosi, dan komunikasi anak.

Anak berusia 0-3 bulan membutuhkan mainan berwarna cerah dan datar karena mereka belum memiliki kemampuan melihat dengan jelas. Warna cerah dari mainan akan merangsang kemampuan motorik anak, yaitu koordinasi mata bayi untuk melihat, kemudian menimbulkan keinginannya menggerakan tangan meraih mainan.

Ibu disarankan mulai memberikan mainan yang bisa digigit saat anak berumur enam bulan bertepatan dengan masa tumbuh gigi balita. Kemampuan motorik buah hati di usia ini dapat pula dilatih lebih jauh dengan mainan yang dapat ditekan atau bisa bergerak.

Thinkstock Bermain adalah fondasi sekaligus proses belajar bagi si kecil untuk memecahkan masalah, lebih kreatif, dan mengenali batasan diri.
Beranjak ke usia 9-12 bulan, anak mulai mengenal interaksi. Ibu bisa membangun kecakapan komunikasi dan kemampuan berekspresi anak dengan menjalin hubungan komunikasi yang kuat. Anda dapat mengajak anak untuk berbicara terus menerus atau memberikan boneka sebagai teman si anak.

Anak akan masuk pada tahapan functional play, yaitu belajar menggunakan benda sesuai kegunaan, di usia 1-2 tahun. Ibu dapat memberikan permainan puzzle untuk melatih kecerdasan kognitif anak dalam mengenali bentuk, warna, serta penempatannya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com