KOMPAS.com - Kehidupan ini tidak terlepas dari cobaan dan ujian. Tak seorang pun yang terlahir ke dunia tanpa mengalami ujian.
Orang yang kaya diuji dengan kekayaannya; apakah ia bersyukur atau kufur? Orang yang hidup dalam keadaan kurang diuji dengan kemiskinannya; apakah ia bersabar atau menempuh cara-cara yang haram agar terlepas dari jerat kemiskinan?
Dengan demikian, sabar dan syukur adalah dua pilar iman, yang dengan keduanya seorang mukmin akan berhasil mengarungi samudera kehidupannya, lulus dari segala cobaan dan ujian.
Sesungguhnya iman terdiri atas dua bagian; satu bagian adalah sabar, bagian yang lain adalah syukur. Demikian ungkap hadits Rasulullah SAW dari Abdullah bin Mas’ud r.a. Iman tak akan berdiri kokoh apabila salah satu bagian itu lemah. Kedua bagian itu bak dua sisi dari sebuah mata uang, tidak bisa dipisahkan untuk membentuk sebuah keimanan secara utuh.
Makna sabar
Untuk meraih kebahagiaan di dunia dan di akhirat, kita harus bisa mengamalkan sabar dan syukur. Menyambut bulan suci Ramadhan ini, ada sebuah buku yang membahas tuntas hal tersebut.
Buku itu berjudul 2 Syarat Utama Bahagia Dunia Akhirat: Mengamalkan Sabar dan Syukur Sepanjang Hayat yang diterbitkan oleh Penerbit Qibla (imprint Penerbit Bhuana Ilmu Populer). Buku ini mengupas makna hakiki sabar dan syukur, manfaat, dan keutamaannya.
Lebih lanjut, buku ini juga menunjukkan cara mempraktikkan sabar dan syukur, lengkap dengan kisah-kisah teladan para pengamal sabar dan syukur.
Sejatinya, hakikat sabar bagi jiwa adalah seperti fungsi tali kekang bagi kendaraan. Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib r.a. berkata, "Sabar adalah kendaraan yang tidak terperosok".
Hal tersebut mengandung makna bahwa jiwa yang dipandu oleh kesabaran akan terkendali sehingga senantiasa menempuh arah yang benar, tidak tergelincir keluar jalan atau tersesat menempuh arah yang keliru.
Melihat kedudukan penting sabar bagi jiwa dan beratnya melaksanakan amalan ini, tak heran jika pahala yang akan diperoleh oleh orang yang mengamalkannya amatlah besar. Pahala bagi orang yang bersabar itu tanpa batas. Pahalanya seperti air yang mengalir deras.
Demikian Allah SWT menjanjikan pahala bagi orang yang bersabar: “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (Az-Zumar: 10)
Selain pahala yang besar, Allah SWT pun menjanjikan pertolongan bagi orang-orang yang bersabar. Begitu cintanya Allah kepada orang-orang yang sabar sehingga Dia menyatakan bahwa Dirinya bersama orang-orang yang sabar. Maka, apabila orang yang sabar akan diserang oleh musuh, maka Allah SWT akan melindunginya dan mengerahkan bala tentara pertolongannya yang sangat kuat.
"Jika kamu bersabar dan bertakwa, dan mereka datang menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu Malaikat yang memakai tanda," (Ali Imran: 125).
Makna syukur
Syukur adalah menyadari bahwa tidak ada yang memberi kenikmatan kecuali Allah SWT. Ar-Raghib Al-Isfahani, seorang pakar bahasa Al-Quran, menulis dalam Al-Mufradat fi Gharib Al-Quran bahwa kata syukur mengandung arti gambaran dalam benak tentang nikmat dan menampakkannya ke permukaan.
Kata "syukur" ini berasal dari kata “kasyara” yang berarti "membuka" sehingga ia merupakan lawan dari kata "kafara" (kufur) yang berarti menutup, yang salah satu artinya adalah melupakan nikmat dan menutup-nutupinya.
Dengan demikian, hakikat syukur adalah menampakkan nikmat, sedangkan hakikat kufur adalah menyembunyikannya. Menampakkan nikmat antara lain berarti menggunakannya pada tempatnya dan sesuai dengan yang dikehendaki oleh pemberinya. Bersyukur juga berarti menyebut-nyebut nikmat dan pemberinya secara lisan, sesuai dengan petunjuk Al-Quran.
"“Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya," (Adh-Dhuha: 11).
Allah SWT menghubungkan syukur dengan zikir. Orang yang bersyukur kepada-Nya niscaya adalah hamba-Nya yang senantiasa berzikir (ingat) kepada-Nya. Allah SWT berfirman: "Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku," (Al-Baqarah: 152).
Kedudukan syukur sangatlah penting, karena bersyukur ternyata merupakan indikator keimanan kepada Allah SWT. Salah satu ayat Al-Quran menggambarkan sikap bersyukur sebagai penyembahan tunggal kepada Allah. "Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik yang kami berikan kepadamu. Dan bersyukurlah kepada Allah jika memang hanya Dia saja yang kamu sembah," (Al-Baqarah: 172).
Lantas bagaimana bersyukur dalam penerapannya? Menurut Al-Ghazali, cara bersyukur adalah dengan hati, lisan, dan anggota-anggota tubuh lainnya. Syukur dengan hati adalah tidak mengalamatkannya kepada makhluk dan senantiasa menghadirkannya dalam zikir kepada Allah SWT.
Syukur dengan lisan adalah menampakkannya dengan pujian-pujian yang ditujukan kepada-Nya. Adapun dengan anggota-anggota tubuh yang lain adalah dengan menggunakan kenikmatan-kenikmatan Allah SWT di dalam ketaatan kepada-Nya dan merasa takut untuk menggunakannya dalam kemaksiatan.
Syukur juga sangat erat kaitannya dengan kebahagiaan. Orang yang selalu bersyukur atas berbagai kenikmatan yang dia miliki akan merasa bahagia. Dengan mensyukuri apa yang ada baginya, maka rasa sedih, duka, dan berbagai penyakit hati seperti iri dan dengki dapat terusir dari dalam hati. Orang yang bersyukur akan merasa puas dengan hidupnya dan itu artinya ia bahagia.
Nah, sudahkah Anda bersyukur?
SAPTONO RAHARJO/BHUANA ILMU POPULER)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.