Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perpustakaan Bisa "Jalan-jalan", Menjemput Minat Baca Masyarakat

Kompas.com - 20/06/2016, 09:47 WIB
Adhis Anggiany Putri S

Penulis

 

KOMPAS.com – Lisa (10), santri di salah satu panti asuhan di Pademangan, Jakarta, mengaku tak mampu membeli buku. Padahal, ia hobi membaca dan kalau bisa ingin setiap hari disuguhi beragam buku bacaan.

"Baca buku cerita, pelajaran, lalu buku-buku apa saja aku mau baca," kata Lisa kepada Warta Kota saat peluncuran Mobil Pintar Ancol di Underwater Theater, Ocean Dream Samudra, Taman Impian Jaya Ancol, Rabu (15/6/2016).

Memang, buku masih jadi barang mewah bagi sebagian orang Indonesia. Bagaimana tidak, data UNICEF tahun 2012 menunjukkan sekitar 44,3 juta anak terkena dampak kemiskinan. Mereka hidup dengan penghasilan kurang dari dua dollar per hari atau sekitar Rp 20.000 dalam kurs saat itu. Jangankan membeli buku, makan saja belum tentu cukup.

Padahal, buku bisa membuka wawasan dan membantu anak-anak tersebut mengintip dunia. Membaca dapat pula melatih kemampuan berpikir kritis. Kecakapan ini sangat mereka dibutuhkan untuk menghadapi tantangan di masa depan.

HARIAN KOMPAS/PRIYOMBODO Anak-anak bermain dan membaca buku di salah satu taman bacaan di Pasar Manggis, Jakarta Selatan, Rabu (19/8/2015).

Menyingkapi hal ini, sebenarnya sudah banyak organisasi nirlaba atau komunitas-komunitas berbasis kemasyarakatan membangun rumah baca bagi masyarakat tak mampu. Di DKI Jakarta, misalnya, 1001 buku, sebuah komunitas relawan pengelola taman bacaan anak sudah memiliki setidaknya 32 taman baca.

Selain itu, banyak juga penulis buku populer membangun ruang baca gratis. Asma Nadia, contohnya, memiliki lebih kurang 203 Rumah Baca Asma Nadia di kawasan Jakarta dan sekitarnya.

Tak hanya geliat masyarakat saja, pemerintah sebenarnya sudah pula menyediakan fasilitas sama. Berdasarkan data Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah (BPAD) DKI Jakarta, perpustakaan atau Taman Bacaan Masyarakat (TBM) terus bertambah jumlahnya.

HARIAN KOMPAS/YUNIADHI AGUNG Pengunjung Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta memilih buku-buku koleksi perpustakaan tersebut, Jumat (21/8/2015). Pengunjung perpustakaan masih belum banyak.

Jika pada 2014 jumlah TBM masih sekitar 40 saja, tahun 2015 totalnya bertambah menjadi 54 perpustakaan. Namun pertanyaannya, berapa banyak orang mengunjungi ruang baca umum?

Pada 2014, rata-rata hanya 7 hingga 8 orang saja yang berkunjung ke TBM per harinya. Keanggotaan perpustakaan belum ramai pula. Di tahun sama, total anggota dewasa di seluruh TBM Jakarta masih berjumlah 503 orang, sedangkan anak-anak baru 190 peserta.

Perpustakaan berjalan

Bukan hanya soal ketidakmampuan membeli buku. Pada kenyataannya, minat baca penduduk Indonesia memang masih rendah, termasuk di kalangan anak-anak.

Data UNESCO menunjukkan, persentase minat baca anak Indonesia sekitar 0,01 persen saja. Perbandingannya, hanya satu dari 10.000 anak yang punya kegemaran membaca. (Baca: Yayuk Basuki: Minat Baca Anak Indonesia Hanya 0,01 Persen)

HARIAN KOMPAS EDISI SELASA (27/10/2015) Grafik kebiasaan membaca dalam keluarga.

Hal tersebut terjadi karena kebiasaan orang Indonesia dalam mengkonsumsi informasi sudah jauh dari kegiatan membaca sejak lama. Survey Badan Pusat Statistik tahun 2006 menemui, 85,8 persen masyarakat Indonesia lebih suka menonton televisi, dan hanya 23,5 persen yang memilih membaca koran.

Karena itu, perlu pendekatan lebih persuasif terhadap anak-anak untuk menumbuhkan kecintaan pada buku. Rumah baca tak lagi bisa tinggal diam di tempat menunggu pengunjung datang.

Metode "jemput bola" harus mulai diterapkan. Kini, rumah baca disulap dalam bentuk mobil sehingga bisa bergerak lebih leluasa, salah satunya Mobil Pintar Ancol.

"Kami yang datang ke kantong-kantong (tempat anak-anak beraktivitas)," ucap Direktur Utama PT Pembangunan Jaya Ancol, Gatot Setyowaluyo saat ditanya soal "Mobil Pintar Ancol" kepada Kompas.com, Rabu (15/6/2016).

Kegemaran membaca masyarakat—terutama anak-anak—disadari Gatot makin memprihatinkan. Kemajuan teknologi, ujarnya, semakin menjauhkan mereka dari buku.

"Mobil Pintar Ancol harapannya dapat memfasilitasi dan mendidik anak-anak kita yang membacanya kurang," kata Gatot.

WARTA KOTA/PANJI BASKHARA RAMADHAN Direktur Utama PT Pembangunan Jaya Ancol, Gatot Setyowaluyo saat peluncuran Mobil Pintar Ancol di Taman Impian Jaya Ancol, Rabu (15/6/2016). Di belakang Gatot, para pelajar mengerubuni perpustakan berjalan ini.

Saat ini, sudah ada lebih kurang 300 buku disediakan. Fasilitas berupa peralatan audio visual dan internet gratis turut disiapkan. Maksimal 40 hingga 50 anak bisa menggunakan fasilitas ini didampingi tiga orang relawan dari Teens Go Green.

Rizki (12), salah satu siswa kelas I SMP di Sekolah Rakyat Ancol, saat acara peluncuran menyatakan senang dengan fasilitas tersebut.

"Kapan lagi bisa belajar sambil bermain. Kalau di sekolah pasti ngutek banget belajarnya. Kalau di Mobil Pintar Ancol kan kita juga bisa nonton film atau video edukasi gitu. Jadinya fun, enggak bosan," ujar Rizki.

Rencananya, mulai pertengahan Juli nanti, Mobil Pintar Ancol akan mengunjungi sekitar 37 sekolah dasar dan madrasah di Kecamatan Pademangan, Jakarta. Mobil ini akan berkeliling seminggu satu kali dari siang hingga sore.

"Sementara baru satu mobil. Nanti akan ditambah jadi lima agar semua kebagian. Kita prioritaskan ke Kecamatan Pademangan (dulu), baru nanti ke Tanjung Priok dan beberapa kecamatan lain di Jakarta Utara," kata Corporate Communication Manager PT Pembangunan Jaya Ancol, Rika Lestari.

Gerakan perpustakaan "berjalan" macam ini diharapkan dapat merangsang dan menambah minat baca anak-anak.

"Asal setiap hari ada mobil pintarnya aku mau baca bukunya di dalam mobil seharian suntuk," ucap Lisa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com