KOMPAS.com - "My name is Sherlock Holmes. It is my business to know what other people don’t know." (Sherlock Holmes).
Siapa tidak kenal Sherlock Holmes? Detektif kenamaan yang merupakan karakter rekaan dalam buku-buku bertema misteri karya Sir Arthur Conan Doyle.
Arthur Ignatius Conan Doyle lahir di Edinburgh pada 22 Mei 1859. Semula ia belajar kedokteran di Edinburgh University, sebelum akhirnya banting setir menjadi penulis.
A Study in Scarlet adalah novel Sherlock Holmes pertama yang ditulis Conan Doyle pada tahun 1887. Namun, karakter Sherlock Holmes mulai populer ketika pada 1891, yaitu saat The Strand Magazine mulai menerbitkan secara serial 12 cerita pendek yang sekarang dikenal sebagai The Adventures of Sherlock Holmes (Sumber: Buku The Sherlock Holmes Book, Dorling Kindersley Limited, 2015).
Sejak saat itu, orang-orang mulai mengenal karakter Sherlock Holmes dan selalu menunggu karya-karya Conan Doyle berikutnya. Sir Arthur Conan Doyle meninggal pada 7 Juli 1930 di rumahnya di Windlesham, Surrey, tetapi karyanya terus melegenda dan disukai hingga sekarang.
Saking terkenalnya, Sherlock Holmes memecahkan rekor Guinness World Records sebagai "The Most Portrayed Movie Character". Banyak juga yang percaya bahwa Sherlock bukanlah tokoh fiksi, melainkan sosok individu yang benar-benar ada.
Cerita-cerita dan karakter Sherlock begitu berkesan dan memengaruhi cerita-cerita misteri dan detektif di zaman sesudahnya, bahkan ada ribuan tulisan lain yang ditulis penulis lain selain Conan Doyle dan diadaptasi ke dalam pertunjukan drama, TV, cerita radio, games, selama berabad-abad kemudian. Tak heran, sampai saat ini banyak penggemar memburu buku-buku tentang Sherlock Holmes, baik yang asli ditulis oleh Conan Doyle maupun penulis-penulis lainnya.
Kebanyakan tulisan yang beredar mengisahkan Sherlock Holmes saat dewasa. Seorang yang begitu genius dan mengandalkan sel-sel kelabunya, bagaimanakah sosoknya saat remaja?
Ada seri buku karya penulis Italia, Pierdomenico Baccalario dan Alessandro Gatti, yang menceritakan sosok Sherlock ketika masih remaja. Kedua penulis itu menggunakan nama Irene Adler sebagai nama pena mereka.
Seri buku ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul seri Sherlock, Lupin, & Aku. Seperti yang kita tahu, Irene Adler merupakan sahabat perempuan Sherlock Holmes.
Dalam buku pertamanya, yakni Kawanan Si Nyonya Hitam, dikisahkan mengenai pertemuan pertama Irene dengan Sherlock Holmes dan Arsene Lupin. Mereka bertemu untuk pertama kalinya di Saint-Malo pada musim panas 1870.
Irene, yang besar di keluarga berada, tetapi memiliki karakter yang bebas, pergi berlibur bersama ibunya ke sebuah vila di tepi pantai. Waktu pertama kali bertemu, Sherlock bisa menebak dengan benar asal Irene, berapa saudaranya, dan sebagainya, menunjukkan bahwa anak itu memang memiliki naluri dan pengamatan yang tajam.
Selama liburan, ketiga anak itu justru terlibat dalam kemelut tindak kejahatan: kalung berlian yang hilang, pria tak bernyawa di pantai, dan sosok bayangan yang muncul di antara atap-atap rumah kota. Otak cemerlang Sherlock Holmes-lah yang berhasil memecahkan segala misteri tersebut.
Keempat judul lain dalam serial ini adalah Babak Terakhir Drama Opera, Misteri Mawar Merah, Sobekan Peta Misterius, dan Misteri Kastel Es. Kelima buku ini membawa kita kepada petualangan seru dan menegangkan ketiga remaja itu dalam memecahkan misteri dan menantang bahaya di berbagai kota di Eropa seperti Paris, Swiss, London, Normandia. Selain kisah yang seru, kita seakan dibawa ke masa lalu di zaman perang di Prancis, dan menikmati latar belakang historis dan kebudayaan Eropa di masa lalu.
Otak genius
Membaca seri petualangan ini seakan membawa kita ke dalam cerita-cerita misteri dan detektif lawas karya Enid Blyton atau Alfred Hitchcock. Hanya, bedanya, petualangan dan misteri yang dialami ketiga remaja ini sungguh-sungguh lebih pelik dan menantang bahaya. Plus, dibutuhkan otak genius dan pemikiran cekatan untuk menyelesaikan semua tantangan penuh bahaya tersebut, dan semua itu ada di sosok Sherlock Holmes.
Uniknya, kisah-kisah ini tidak diambil dari sudut pandang Sherlock Holmes, melainkan sahabat perempuannya, yakni Irene Adler. Masa lalu Irene, dan pencariannya terhadap ibu kandungnya, menjadi misteri lain yang menjadi benang merah seri buku ini.
Selain itu, mata kita juga dimanjakan oleh ilustrasi-ilustrasi klasik hasil karya ilustrator kenamaan dunia asal Italia, yakni Iacopo Bruno, yang menjadi sampul dari buku seri Sherlock, Lupin, & Aku. Selamat menyelami kembali Sherlock!
(DEESIS EDITH MESIANI/BHUANA ILMU POPULER)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.