Dalam masyarakat urban yang modern, pendidikan dan keluarga akan sangat erat terekat dalam fungsi dan kepentingan ekonominya.
Keluarga dan orangtua di satu sisi akan mengusahakan akses dan fasilitas pendidikan yang terbaik di dalam upaya mereproduksi kelas sosial ekonomi yang bisa menjadi jaminan masa depan anak-anaknya.
Reproduksi kelas dan mobilitas sosial harus diakui sebagai agenda utama yang faktual dalam pendidikan di keluarga Indonesia.
Negara di sisi lain memiliki kepentingan melalui gagasan FDS ini. FDS memberikan solusi integratif bagi negara modern karena turut memfasilitasi orangtua yang intens bekerja dalam dunia industri, ekonomi dan bisnis, dengan menyediakan lingkungan pendidikan anak yang aman, lengkap dengan program kegiatan baik akademik, kultural dan pengembangan karakter untuk anak-anak mereka.
Dalam sebuah penelitian di Yunani (Thoidis&Chaniotakis, 2015) ditemukan fakta bahwa efek FDS justru memberikan kontribusi yang sangat besar bagi orangtua di dalam meningkatkan situasi lingkungan kerja dan juga performa pekerjaannya.
Penelitian itu juga menyebutkan bahwa bagi keluarga menengah ke bawah, FDS yang disubsidi pemerintah sangatlah membantu tumbuh kembang anak secara integral, khususnya bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu.
Dalam konteks yang lebih besar, dengan demikian gagasan FDS adalah salah satu bentuk kemampuan adaptif masyarakat urban-modern dan industrial-kapitalistik dalam mereproduksi diri dan mengupayakan keberlanjutannya, dan di sisi lain tetap menjaga pertumbuhan, produktivitas dan stabilitas ekonomi.
“Macan Ternak” dan Daya Adaptif Keluarga Urban
Mendikbud Muhadjir Effendy menyebut bahwa gagasan FDS ini dilatarbelakangi oleh harapan agar peserta didik terbangun karakternya dan tidak menjadi liar di luar sekolah ketika orangtua mereka masih belum pulang dari kerja.
Dari pernyataan mendikbud ini, lingkungan eksternal anak sebenarnya dinilai sudah tidak kondusif bagi tumbuh kembang anak, sehingga anak perlu “dikurung” di dalam sekolah sampai orangtua hadir kembali untuk anak-anak mereka.
Di sisi lain, dapat juga diasumsikan bahwa dalam masyarakat yang berpusat pada pasar kerja yang kapitalistik, fungsi keluarga sudah tidak dapat terlalu diandalkan lagi sehingga pola asuh anak perlu diintervensi oleh negara melalui FDS.
Pengaruh dari tidak kondusifnya lingkungan dan juga motivasi untuk reproduksi kelas sosial dalam konteks pendidikan anak bagi keluarga urban dapat kita lihat secara jelas dalam fenomena “macan ternak” atau MAma CANtik “anTER” aNAK sebagaimana pernah diangkat di Harian Kompas, 21 Februari 2016.
Fenomena “macan ternak” yang setiap hari mengawal kegiatan anak dari pagi subuh hingga malam ini bisa dilihat sebagai strategi dan daya adaptif dari keluarga-keluarga urban/kota besar dalam menyikapi lingkungan eksternal yang tidak kondusif dan tuntutan reproduksi kelas dan mobilitas sosial.
Ibu-ibu muda ini rela mundur dari karirnya yang cemerlang demi mendukung anak-anaknya bersekolah sekaligus menjamin keselamatan anak-anaknya setiap hari dari pengaruh lingkungan yang buruk.
Tentu fenomena “macan ternak” ini, di satu sisi dapat menjadi peringatan bahwa negara harus dapat menjamin rasa aman, dan menyediakan pendidikan nasional yang baik secara merata.