Apa Saja Persiapan Melamar Beasiswa S-2 ke Luar Negeri?

Kompas.com - 18/08/2016, 11:55 WIB
Adhis Anggiany Putri S

Penulis


KOMPAS.com – Kemungkinan besar orang akan langsung mengangguk ketika ditawari beasiswa S-2 ke luar negeri. Siapa tidak menolak, sudah tak perlu bayar kuliah, kebutuhan sehari-hari disiapkan pula.

Pertanyaannya, bagaimana cara mendapatkan tawaran tersebut?

Tentu, pemberi beasiswa tak mau sembaran pilih orang. Membiayai kuliah merupakan investasi. Mereka tak akan mau membuang-buang duit untuk orang yang setelah lulus tak mampu berkontribusi apa pun.

Tujuan lembaga-lembaga pemberi beasiswa umumnya sama. Pendidikan berkualitas dipercaya mampu meningkatkan kemampuan sumber daya manusia. Setelah lulus, para alumni diharapkan menyumbang ilmu yang didapat untuk memajukan bangsa dan negara mereka.

Nah, jika Anda sudah bertekad bulat memburu beasiswa ke luar negeri, penting digarisbawahi, tujuan di atas harus sejalan pula dengan niat Anda. Kontribusi apa yang bisa diberikan pada masyarakat setelah Anda lulus S-2 nanti?

Rancangan masa depan jadi salah satu faktor penentu. Pemberi beasiswa akan menilai "motivation letter" yang berisi latar belakang mengapa pelamar berkeinginan meneruskan kuliah ke luar negeri.

Beberapa jenis beasiswa memang tak memerlukan motivation letter. Tapi, mereka tetap akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan serupa saat wawancara. Anda harus siap menjawab.

Dok Nuffic Neso Indonesia Banyak pelajar Indonesia menemui kesulitan dan tidak dapat menjawab dengan tepat dan artikulatif tentang motivasi mereka meneruskan studi di luar negeri dan mengambil bidang studi pilihannya.

"Tiga pertanyaan yang menunjukkan motivasi kita, yaitu hubungan dengan karier, hubungan dengan bidang yang diinginkan, serta hubungannya dengan Indonesia,” tutur satu penerima beasiswa S-2 dari pemerintah Belanda, StuNed (Studeren in Nederland), Reza Ambardi Pradana, kepada Kompas.com, Sabtu (4/6/2016).

"Masing-masing pertanyaan dijawab dengan maksimal 250 kata. Ini yang membutuhkan konsentrasi lebih," lanjut Reza.

Jadi, sebelum memikirkan akan melamar universitas mana dan beasiswa apa, tentukan dulu rencana karir Anda. Jangan terkesan mengawang-awang, tujuan dan rencana harus realistis, serta tersusun rapi.

Siap-siap

Secara umum, para pemberi beasiswa akan menakar kemampuan akademis, bahasa, pengalaman organisasi dan profesional yang tercantum pada curriculum vitae (CV). Karena itu, kualitas CV sangat menentukan keunggulan Anda di antara calon penerima beasiswa lain.

Tapi, yang dimaksud kemampuan akademis di sini bukan semata dilihat dari nilai. Prestasi lain yang pernah diraih sama pentingnya. Kumpulan penelitian atau karya tulis sesuai bidang keahlian bisa jadi salah satu "senjata" ampuh menembus beasiswa.

Shutterstock Buat daftar persiapan dalam bentuk check list agar mudah dievaluasi.

Persiapan ini sebaiknya dilakukan sejak kuliah di bangku S-1 ketika Anda masih bisa mendiskusikan tema menarik untuk penelitian atau bahan tulisan dengan dosen. Selain mendapat banyak masukan, saat melamar beasiswa Anda jadi tak sungkan meminta surat rekomendasi dari mereka.

Biasanya, melamar studi ke universitas luar negeri membutuhkan rekomendasi dari dosen dan atasan saat bekerja. Ya, pelamar beasiswa S-2 kebanyakan diharuskan pula mempunyai pengalaman bekerja antara dua sampai tiga tahun.

Jika buru-buru ingin melanjutkan kuliah S2, Anda bisa mengakali dengan mencari pekerjaan sampingan sambil kuliah. Menjadi guru les, misalnya, bisa jadi pilihan.

Jangan hanya satu pekerjaan, kalau bisa magang dan freelance turut dilakoni. Semua pengalaman kerja ini akan membuat CV Anda makin "berisi".

Karena proses tersebut membutuhkan waktu tak sebentar, persiapan melamar beasiswa ke luar negeri wajib dilakukan jauh-jauh hari.

Dok Tokyo International University Khusus untuk mahasiswa program E-Track, Tokyo International Univesity (TIU) memberikan beasiswa berupa pengurangan biaya mata kuliah (tuition reduction) mulai 30 persen hingga 100 persen. Mahasiswa bisa mendaftar beasiswa ketika ujian masuk.

Pengalaman organisasi juga biasanya jadi pertimbangan pemberi beasiswa, terutama di Amerika Serikat. Mereka kebanyakan memilih calon yang tekun menggeluti organisasi kemasyarakatan berkaitan dengan lingkungan, sosial, pendidikan, atau pengentasan kemiskinan.

Selain itu, kemampuan bahasa mutlak diasah. Bukan semata karena syarat nilai sertifikat bahasa harus tinggi. Ingat, pembelajaran di luar negeri banyak dilakukan dalam bahasa asing, terutama bahasa Inggris, sebagai bahasa internasional. Bagaimana mau belajar kalau tidak mahir berbahasa?

Saat belajar secara otodidak dirasa belum mencukupi, mengambil program bimbingan bahasa patut dilakukan. Sertifikat bahasa yang dibutuhkan ada beragam pula dari TOEFL sampai IELTS. Minimal nilai pun macam-macam. Sebaiknya, lihat dulu syarat dari universitas tujuan.

Selama memoles diri, mulailah mencari universitas dan lembaga pemberi beasiswa yang sesuai dengan rencana masa depan Anda. Jangan lelah menggali informasi dari situs-situs beasiswa. Salah satunya, Anda bisa mencari informasi dari Visual Interaktif Kompas (VIK) bertema "Berburu Beasiswa".

Selain itu, Anda bisa pula berkenalan dan berdiskusi langsung dengan alumni penerima beasiswa sebelumnya. Tanyakan atau konfirmasikan semua informasi yang tidak Anda temui di internet.

Nah, selamat berburu beasiswa ke luar negeri!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau