KOMPAS.com – Tahun pertama kuliah di Belanda semua terasa indah. Ibarat bulan madu, segalanya terasa manis.
Pada hari-hari pertama di sana, mahasiswa masih sempat berjalan-jalan, mulai dari menyusuri desa-desa kecil dengan sepeda, sampai terlena dengan pesona taman bunga tulip di Keukonhof.
Eits, jangan bergembira dulu.
Belum tentu pengalaman itu bisa langgeng sampai tahun kedua. Saat tugas kuliah makin menumpuk, jangan harap masih bisa leha-leha seperti pada tahun pertama.
Kebalikannya, sejak semester kedua saja, hari-hari mahasiswa di Belanda bisa habis di perpustakaan.
Sepenggal pengalaman itulah yang nyata dialami salah satu mahasiswa penerima beasiswa Studeren in Nederland (StuNed), Triyani. Ia adalah mahasiswi S-2 di International Economics and Business, Universitas Groningen (RUG).
"Awal datang ke sini, saya sangat happy. Bisa jalan-jalan, mata kuliah belum banyak, cuaca juga bersahabat. Kemudian, semua mulai berubah saat masuk winter. Suhu mulai dingin, bisa minus 9 atau minus 11 derajat," tutur Triyani seperti dikutip Kompas.com, Selasa (10/3/2015).
Rupanya tak hanya cuaca, tugas-tugas kuliah Triyani pun semakin menumpuk. Tak pelak, pada semester dua itu, ia lebih sering duduk di perpustakaan daripada jalan-jalan.
Di perpustakaan, Triyani bisa-bisa menghabiskan waktu belajar hingga tengah malam. Belum sampai akhir tahun, ia sudah merasakan homesick.
"Cuaca mulai dingin, tugas semakin banyak. Sudah begitu kangen rumah, kangen gado-gado, kangen pempek, semua menumpuk jadi satu. Saking stres-nya, berat saya turun 20 kilogram," ujar mahasiswi yang mengaku sebelum datang ke Belanda beratnya 77 kilogram ini.
Penyesuaian
Seperti yang dikatakan Triyani, tak semua yang terbayang indah saat mendapatkan kesempatan studi di Belanda akan begitu kenyataannya.
Koordinator Beasiswa Nuffic Neso Indonesia, Indy Hardono, menambahkan, secara umum ada empat fase studi yang kerap dialami mahasiswa Indonesia di Belanda.
"Pertama, adalah fase bulan madu (honey moon phase). Fase di awal-awal kuliah ini biasa memang begitu. Kaget atau shock itu hal biasa, tinggal bagaimana kita mengolahnya dengan hal-hal positif," tutur Indy, pada kesempatan yang sama.
Kedua, kata Indy, adalah fase 'I hate this country'. Di fase ini biasanya mahasiswa mulai stres. "Kebiasaan anak-anak Indonesia itu adalah sulit menyampaikan masalah. Mereka akan mengalami seperti apapun yang ia lakukan selalu salah," ujar Indy.
Nah keadaan ini bisa berdampak buruk pada proses belajar. Menurut Indy, bersikap terbuka adalah penyelesaian masalah yang baik.
"Tak cuma masalah akademik, urusan non-akademik pun harus dikeluarkan unek-uneknya. Urusan kangen rumah, putus dengan pacar dan lain-lain itu harus diceritakan ke teman atau sahabat. Jangan dipendam," tambahnya.
Menyimpan masalah sendiri, lanjut Indy, akan berakibat fatal. Ujung-ujungnya, akademik akan terganggu. Kuliah bisa berantakan.
"Di sini kan ada Persatuan Pelajar Indonesia (PPI), harus dimanfaatkan. Harus bergaul," ujar Indy.
Fase ketiga adalah fase mulai beradaptasi dengan baik (adjustment and acceptance phase). Di fase ini, mahasiswa mulai bisa beradaptasi. Semua masalah sudah bisa teratasi. Hal-hal yang tidak biasa, menjadi biasa dan lazim.
"Setelah ketiga fase itu terlewat, fase keempat atau terakhir adalah fase paling membahagiakan, yaitu fase 'I Love Holland'," ungkap Indy.
Dalam fase terakhir ini, mahasiswa seperti menemukan apa yang ia cari. Bisa jadi impian awal ketika pertama menggagas rencana studi atau hal lain yang tak ia duga tercapai.
"Intinya, semua indah pada waktunya. Lebih indah dari fase bulan madu," imbuh Indy.
Dalam melewati empat fase itu, menurut Indy, mahasiswa harus bersabar. Inilah yang dinamakan sebagai dinamika studi di Belanda.
Namun, bukan berarti semua mahasiswa akan melewati fase itu. Kemungkinan apa pun bisa saja terjadi. Yang terpenting adalah bersiap untuk segala hal, laiknya sedia payung sebelum hujan.
Bila berminat belajar di luar negeri, tak hanya di Belanda, simak juga panduan ringkas digital Visual Interaktif Kompas (VIK) "Berburu Beasiswa". Salam sukses!
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.