Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Hasanudin Abdurakhman
Doktor Fisika Terapan

Doktor di bidang fisika terapan dari Tohoku University, Jepang. Pernah bekerja sebagai peneliti di dua universitas di Jepang, kini bekerja sebagai General Manager for Business Development di sebuah perusahaan Jepang di Jakarta.

Proses dan Hasil, dalam Dua Sudut Pandang

Kompas.com - 09/09/2016, 12:59 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnubrata

Kita sering mndengar nasihat atau ungkapan, ”Lihatlah prosesnya, jangan cuma lihat hasilnya.” Itu nasihat yang sering kita dengar. Nasihat atau ungkapan pada umumnya kontekstual. Jadi, nasihat di atas harus kita pahami konteksnya.

Nasihat di atas berlaku dalam 2 konteks. Pertama, ketika kita melihat keberhasilan seseorang. Kita harus sadar bahwa keberhasilan dia tidak instant. Ada proses panjang yang sudah dia lewati.

Karena itulah kita harus melihat prosesnya, agar kita belajar. Jangan sampai kita hanya melihat hasil akhir, lalu kita bertindak dengan harapan bisa sukses secara instant.

Konteks kedua adalah dalam hal mendidik dan mengajari, baik mendidik anak maupun mendidik bawahan. Orang Jepang bilang, “ookii me de miru”, lihat dengan mata yang besar. Artinya, lihatlah dengan lapang dada.

Jangan hanya lihat di dua titik, dia berhasil atau tidak. Lihatlah kemajuan yang dia buat dalam setiap proses. Hargai setiap kemajuan itu untuk memberi dia semangat.

Banyak orang salah memakai nasihat ini. Ia menyodorkan proses ketika ia dituntut menyerahkan hasil.

Saya saat ini sedang supervisi kepada 2 orang manager di anak perusahaan kami. Mereka sedang mengurus sesuatu yang mendesak, sudah lewat dari jadwal tapi belum ada hasil.

Dalam diskusi mereka berusaha meyakinkan saya bahwa mereka sudah melakukan banyak hal (proses), tapi belum berhasil. Mereka berharap saya maklum.

Saya tegaskan kepada mereka bahwa perusahaan membutuhkan hasil. Get it done! Orang bisa berdalil tentang proses panjang yang mereka lalui, tapi kalau tidak ada hasil, tidak ada artinya.

Ibarat orang sedang kelaparan, memanjat pohon untuk memetik buah, tapi tidak berhasil. Proses yang dia lakukan tidak mengobati laparnya.

Banyak orang menyodorkan proses ketika diminta hasil. Ia punya seribu penjelasan tentang kenapa ia belum berhasil. Ia begitu meyakinkan memberikan analisa soal kenapa dia belum berhasil.

Padahal yang dibutuhkan adalah analisa bagaimana cara dia agar berhasil, berikut eksekusinya, bersama hasilnya.

Yang demikian itu disebut excuse, atau dalih. Dalam hidup kita punya begitu banyak dalih. Sampai ada ungkapan,”Losers make excuses, winners make progress.”

Salah satu hal penting dalam mengubah hidup kita adalah memandang hubungan proses-hasil dengan tepat. Kita menjalani proses.

Ada saatnya di mana kita harus menghargai proses yang kita lalui. Tapi kita harus sadar bahwa proses saja pada akhirnya memang tidak ada maknanya. Kita dituntut mengeluarkan hasil.

Maka saat kita belum mendapat hasil, berhentilah berdalih, karena memang tidak ada manfaatnya. Optimalkan energi kita untuk berpikir dan bertindak lebih kreatif.

Kita belum berhasil semata karena itu, bukan karena hal-hal yang kita ungkap saat kita berdalih. Satu hal lagi, kita belum berhasil karena masih menyediakan ruang harapan agar dimaklumi dengan dalih kita.

Tulisan Hasanudin Abdurakhman lain bisa dibaca juga di http://abdurakhman.com

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com