Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Hasanudin Abdurakhman
Doktor Fisika Terapan

Doktor di bidang fisika terapan dari Tohoku University, Jepang. Pernah bekerja sebagai peneliti di dua universitas di Jepang, kini bekerja sebagai General Manager for Business Development di sebuah perusahaan Jepang di Jakarta.

Belajar, Sekolah, Sukses, Kaya

Kompas.com - 14/09/2016, 08:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnubrata

Namun sekolah bukan satu-satunya cara. Ada cara lain yang bisa ditempuh, namun hal itu tidak umum. Tinggal tergantung pada kita, mau menempuh jalur yang umum atau tidak.

Menempuh jalur umum artinya berjalan bersama orang-orang lain. Sedangkan yang tidak sekolah artinya menempuh jalan yang  disukai.

Tapi ingat, menempuh jalan sendiri dalam belajar adalah hal yang berbeda dengan lari dari pelajaran. Banyak orang yang berhenti sekolah bukan untuk mencari ilmu dengan jalan sendiri, tapi sekedar lari dari pelajaran.

Ada beberapa bidang yang mengharuskan seseorang belajar di sekolah formal. Dokter, pengacara, pilot, ilmuwan, akuntan, polisi, tentara, dan lain-lain adalah contohnya. Tanpa ijazah formal mustahil untuk memasuki bidang tersebut.

Jadi, mau sekolah atau tidak adalah juga soal pilihan berdasarkan jalan profesi yang hendak ditempuh oleh seseorang.

Jadi, bila kita tegaskan, untuk apa sekolah? Pertama, untuk mendapatkan ilmu melalui jalur yang umum, jalur yang ditempuh oleh banyak orang. Kedua, untuk mendapat ilmu sebagai bekal untuk menekuni profesi tertentu.

Di luar dua alasan itu, orang tak perlu sekolah. Jadi sukses tidak mutlak mengharuskan sekolah (tinggi) sebagai syaratnya. Hanya saja kebanyakan orang sukses setelah melalui seperangkat proses pendidikan formal melalui sekolah.

Hal terakhir yang ingin saya tekankan bahwa sukses tidak sama dengan kaya. Tidak semua orang sukses itu kaya. Kaya bukanlah ukuran kesuksesan. Kaya hanya efek samping dari kesuksesan.

Sukses bagi saya adalah seseorang yang menjalani hidup pada suatu bidang keahlian, ia menikmati jalan itu, dan orang-orang di sekitarnya mendapat manfaat dari apa yang ia kerjakan.

Banyak orang yang menjalani hidup pada tingkat ini, tapi tidak kaya. Sebagai contoh, saya punya kenalan seorang wartawan yang sangat dihormati baik di kalangan profesi wartawan maupun di luar lingkungan itu, tapi ia sama sekali bukan orang yang kaya harta.

Sebaliknya kita mengenal para penjarah uang negara yang kaya raya, tentu kita tak akan menyebut mereka sebagai orang sukses.

Satu hal lagi. Sukses bukanlah terminal akhir. Sukses adalah perjalanan melalui berbagai terminal.

Orang sukses menikmati perjalanan dari satu terminal ke terminal lain. Termasuk dalam perjalanan itu adalah keadaan jatuh dan bangun, menanjak dan menurun.

Orang yang memaknai sukses dengan ukuran pencapaian di titik cemerlang belaka adalah orang yang memaknai sukses secara dangkal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com