KOMPAS.com - Jika buku adalah jendela dunia dan membaca adalah kunci pembukanya, bagaimana jika Anda memiliki putra yang menyandang disleksia? Kelainan saraf menyebabkan anak-anak penyandang disleksia mengalami berbagai kesulitan, di antaranya sulit membaca dan menulis.
Tidak mengherankan, kebanyakan dari mereka—karena pemahaman yang keliru—dianggap bodoh. Bahkan, ada yang menganggap mereka terbelakang!
Buku Wonderful Life yang ditulis oleh Amalia Prabowo menceritakan pengalaman hidupnya bersama Aqil, putra sulungnya yang menyandang disleksia. Aqil saat itu duduk di kelas dua sekolah dasar.
Seketika, dunia Amalia seperti terjungkir seratus delapan puluh derajat begitu tahu bahwa penyebab Aqil sulit membaca dan menulis adalah disleksia.
Amalia lahir dan besar dalam keluarga yang berprestasi dalam dunia akademik. Ayahnya seorang dokter spesialis terkemuka, yang sejak dini mewajibkan anak-anaknya membaca satu buku setiap minggu. Disiplin, tanggung jawab, mandiri, dan prestasi di sekolah menjadi pembicaraan sehari-hari dalam keluarga. Kegagalan, apalagi di bidang akademis, sungguh tidak pernah ada dalam kamus hidupnya.
Bukan hanya itu. Kehidupan profesional Amalia juga amat "moncer". Sebagai perempuan pertama yang menjabat CEO perusahaan iklan multinasional, ia membuat dirinya sebagai ikon untuk para profesional perempuan di bidang periklanan.
Dus, bisa dibayangkan, bagaimana rasanya memiliki putra yang buruk prestasinya di sekolah, apalagi untuk urusan yang sepertinya remeh-temeh, yaitu membaca dan menulis saja tidak bisa? Bagaimana Amalia harus menghadapi kenyataan itu? Bagaimana ia harus berinteraksi dengan Aqil, putranya?
Ditulis dengan gaya semiotobiografis, buku ini membawa pembaca masuk ke dalam dunia batin seorang ibu yang bergulat dengan anak berkebutuhan khusus. Ada saat ketika kenyataan itu terasa gelap dan berat membebani.
Sedemikian gelapnya hingga Amalia memilih mengambil jarak lebar terhadap Aqil, putra kandungnya. Akan tetapi, ada pula saat ketika kesadaran muncul, ketika Amalia akhirnya memilih menyelam jauh ke dalam dunia hening Aqil.
Putra sulungnya itu, yang semula dia anggap malas, bodoh, dan nakal, ternyata adalah seorang seniman alami dengan rasa empati tinggi. Karya-karya Aqil tergolong cemerlang sehingga beberapa kali Amalia mesti menyempatkan waktu menemani Aqil berpameran bersama desainer ternama.
Amalia, sang CEO, pada akhirnya belajar hidup bersama Aqil karena semua anak terlahir sempurna.
Layar lebar
Ditulis dengan bahasa tutur yang mengalir, mudah dipahami, dan ringan, ditambah dengan ilustrasi Aqil yang menggambarkan dunianya, buku ini menjadi sebuah buku parenting yang berbeda. Enak dibaca, dan tidak berusaha mencari sensasi menguras air mata pembaca.
Biarpun demikian, bersiaplah dengan sehelai tisu, jika sedang menikmatinya. Terbit pada 2015 dan telah dicetak ulang, buku ini diangkat ke layar lebar dengan judul sama, Wonderful Life, oleh Visinema, dan akan tayang mulai 13 Oktober 2016.
(ESTI WAHYU-UDIANI/KEPUSTAKAAN POPULER GRAMEDIA)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.