KOMPAS.com - Kesulitan membaca spesifik pada anak-anak penyandang disleksia menyebabkan mereka sulit mengikuti pelajaran di sekolah. Karena itu, orangtua merasa mau tak mau harus memasukkan mereka ke sekolah-sekolah khusus agar anak-anaknya tidak tertinggal.
Sekolah khusus sesungguhnya baru menjawab sebelah sisi persoalan (Baca: Anak Disleksia Bisa Masuk Sekolah Umum).
Kisah Amalia Prabowo—yang diangkat menjadi film Wonderful Life dan akan tayang mulai 13 Oktober 2016 nanti—menyuguhkan jalan yang berbeda. Aqil, putra sulungnya, adalah penyandang disleksia. Amalia mengetahui hal itu setelah berkonsultasi dengan beberapa psikolog dan aktif mempelajari penyebab putranya kesulitan membaca.
Sendok, misalnya, akan dibaca nesdok. Koperasi akan dibaca korpasi.
Meski demikian, Amalia, seorang ikon perempuan periklanan nasional, tidak berusaha memasukkan Aqil ke sekolah-sekolah khusus.
"Untuk Aqil, yang saya pilih adalah sekolah yang tidak mementingkan kompetisi akademik, tetapi sekolah yang memberi perhatian besar pada pengembangan potensi anak," ujarnya.
Memang, meski kesulitan membaca dan menulis, Aqil, layaknya anak disleksia, memiliki kelebihan unik. Dia pandai melukis.
Sejauh ini, Aqil yang baru duduk di kelas 7 di Highscope, telah beberapa kali menggelar pameran karya lukisnya bersama seniman terkemuka.
Perhatian ekstra
Selain peran sekolah, Amalia mengaku, perhatian dan keterlibatan dirinya sebagai ibu sangat menentukan perkembangan Aqil. Bagaimanapun, menyerahkan perkembangan anak sepenuhnya pada sekolah tidaklah beralasan.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.