Di Indonesia, Anugrah bertempat tinggal di rumah orangtuanya di Jakarta. Terbiasa hidup di kota metropolitan sempat membuat dia ragu bisa bertahan di Beppu.
“Karena ada juga beberapa teman (dari Indonesia) yang akhirnya berhenti kuliah dan pulang (ke Indonesia). Mereka tidak tahan hidup di desa begini,” ujarnya sembari tertawa.
Beruntung, Anugrah mampu mengatasi hal itu. Biasanya dia membunuh bosan dengan berkumpul bersama sesama teman dari Indonesia.
“Harus pintar mengisi waktu. Cari banyak kegiatan. Berbaur dengan teman-teman dari negara lain juga asyik sehingga tidak merasa sendiri,” imbuhnya.
Di luar kegiatan belajar, Anugrah dan Tasha juga mengisi waktu dengan mengikuti beberapa organisasi.
“Selain APUIna, saya juga ikut ConnextASEAN,” tambahnya.
APUIna, adalah organisasi tempat pelajar Indonesia berkumpul di kampusnya. Adapun ConnextASEAN merupakan organisasi mahasiswa dengan lingkup lebih besar lagi, yaitu mereka yang berasal dari negara-negara anggota ASEAN.
(Baca: Mau Kerja di Perusahaan Asing, Sudah Tahu Kebutuhan "Skill"-nya?)
Kegiatan kedua organisasi itu adalah memberi wawasan baru bagi para pelajar di negara-negara anggota ASEAN.
Mereka biasanya berkeliling negara-negara itu untuk berbagi ilmu terkait perkembangan ekonomi, politik, dan sosial budaya di kawasan Asia Tenggara selagi ada waktu luang.
Hal yang sama juga dilakukan oleh Matteo Giuberto, salah satu mahasiswa APU asal Indonesia yang sudah mencecap tujuh semester di APU.
“Dengan memiliki kegiatan lain di luar aktivitas belajar, kami bisa menambah wawasan dan mengasah soft skill,” ujarnya.
Selain di APUIna, Matteo juga sibuk berkecimpung dalam tim yang memprakarsai kompetisi bisnis global bagi pelajar di dunia. Kegiatan yang diprakarsai dan digelar APU itu bernama Global Business Case Competition (GBCC).
Kompetisi tersebut, ungkap Matteo, diadakan untuk mengajak dan menantang para pelajar agar dapat memecahkan persoalan bisnis di tingkat internasional.
Jadi betah
Matteo mengaku sudah kerasan sejak pertama kali menginjakkan kaki di Beppu. Bahkan, saat menghabiskan liburan di Indonesia, ia kerap merindukan Beppu.
“Rindu lingkungan dan alamnya. Sudah begitu budaya on time di Jepang akhirnya membuat saya punya kebiasaan baru.
Kadang kalau di Indonesia janjian sama teman ada yang ngaret—tidak tepat waktu—jadi merasa lebih baik di sini (Jepang),” ucapnya.
“Saya tertarik untuk bekerja dulu di lingkungan internasional di Jepang. Mengeluarkan potensi terbaik dari ilmu yang sudah saya dapat,” utaranya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.