Situasi ini harus diubah. Orang-orang harus dibangunkan dari ilusi. Sekolah atau perguruan tinggi bukan mesin pencetak priyayi. Harus disadari bahwa tidak semua orang harus kuliah. Juga tidak semua orang harus jadi sarjana.
Menguliahkan anak harus didahului dengan pemikiran tentang apa potensi yang dimiliki anak, dan perencanaan soal akan jadi apa anak itu kelak.
Juga harus disadarkan bahwa masa priyayi sudah selesai. Sekarang orang bisa hidup terhormat sebagai petani yang makmur. Atau jadi pedagang, perajin, dan pengusaha. Tidak selalu harus jadi pejabat negara atau perusahaan.
Anak-anak bisa dikuliahkan dengan mempertimbangkan potensi yang ia miliki, juga aset yang dimiliki keluarganya. Seorang anak petani, misalnya, bisa belajar untuk mengelola pertanian orang tuanya secara modern, berikut aspek bisnis pertanian tersebut.
Poin terpentingnya adalah bahwa kuliah itu tempat belajar. Belajar dengan suatu tujuan, dan target. Mau jadi apa seseorang dengan kuliah, maka jurusan yang ia pilih disesuaikan dengan tujuan itu. Kemudian selama kuliah ia secara terstruktur dan terencana belajar soal hal-hal yang ia butuhkan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.