Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Batu, Gus Dur, dan Gereja

Kompas.com - 21/10/2016, 14:48 WIB

Awalnya, Yani ragu ketika sang pemesan memintanya membuat patung Gus Dur kecil. Sebab, jarang sekali referensi figur Gus Dur cilik. Namun, karena Gus Dur adalah salah satu tokoh idolanya, Yani menyanggupi.

Menurutnya, sang pemesan—yang juga pernah membuat patung Barack Obama kecil—ingin patung itu menginspirasi anak-anak agar gemar membaca, sebagai bekal di kemudian hari.

"Ketika membuat (patung Gus Dur) itu, degdegan-nya jauh lebih banyak, (ada pikiran) diterima (publik) tidak. Tetapi sebuah kebanggaan juga ketika aku disuruh membuat patung potret tokoh. Apalagi itu Gus Dur," ujarnya.

Sentuhan di Gereja

Di saat tumbuh banyaknya sikap fanatisme buta di masyarakat, Yani jauh dari kesan itu. Yani yang lahir dari keluarga Muslim taat justru banyak membuat karya-karya religius agama lain. Beberapa kali ia mendapat pesanan membuat karya untuk gereja Katolik.

Di Gereja Kristus Raja, Pejompongan, Jakarta Pusat, Yani membuat tabernakel. Selain tabernakel, Yani juga merancang dinding gereja itu. Awalnya, Yani sempat bingung membuat atas pesanan Romo Rochadi Widagdo. Suatu ketika, ia pun mendapatkan inspirasi dari mimpinya.

"Aku lihat banyak sekali berlian bertebaran, tapi berlian itu tinggi-tinggi. Di situlah kemudian aku punya ide segi enam (heksagonal)," kata Yani.

Tak disangka, interior gereja itu memang heksagonal. Ia membuat peristiwa kenaikan Yesus Kristus di sana, dengan ukuran 20 meter.

Yani tak sendirian bekerja. Ia bersama 4 seniman lintas agama lainnya, yakni Sindhu Hadiprana, F. Widyanto, dan I Wayan Winten ikut memperindah bangunan gereja yang berdiri pada 1972 tersebut.

Setelah itu, Yani mengerjakan proyek untuk Gereja Saint Yohanes Maria Vianney, Cilangkap, Jakarta Timur.Di gereja ini, Yani membuat patung domba yang bisa berputar. Selain di dua gereja tadi, karya Yani berupa figur singa juga ada di sebuah Vihara, di daerah Puncak, Jawa Barat.

Buku-buku bertema sejarah menjadi salah satu referensi Yani dalam berkarya. Selebihnya, ia banyak terinspirasi oleh alam. Bagi Yani, alam adalah sumber inspirasi yang tak pernah habis.

Yani menganalogikan pohon-pohon yang berbeda jenis tapi hidup di tanah yang sama. Pematung yang mengidolakan maestro patung Sunaryo, I Nyoman Nuarta, Henry Moore, Barbara Hepworth (Inggris), dan Michaelangelo Buonarroti (Italia) ini, mengatakan pohon mengajarkan kita sebuah pesan. 

"Betapa mereka (pohon) bersahaja, begitu ditaruh benih, mereka tumbuh saja. Ada pesan, kenapa sih, kita hidup ya sama-sama saja damai-damai saja, nggak usah saling gontok-gontokan, karena kita diberi alam ini sama," kata perempuan yang gemar bertualang ini.

Perempuan yang pernah mendapatkan tawaran berpameran 26 tempat dalam setahun tersebut mengaku, alam yang diwujudkan dalam karya-karyanya merupakan bentuk rasa syukurnya terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa. Karya-karya Yani, yang kebanyakan bertema hidup dan alam adalah representasi dari rasa: gerak dan kelembutan.

Tak terkungkung waktu, Yani akan terus memahat, mencetak, membutsir, dan mengkonstruksi bahan logam, tanah liat, batu, ataupun akar, menjadi karya patung yang artistik. Sebab, seperti kata Michaelangelo, "Setiap blok batu memiliki patung di dalamnya, dan itu adalah tugas pematung untuk menemukannya."

FANDY HUTARI/GRAMEDIA.COM

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com