Di ujung ranting-ranting itu tulis kata-kata yang terkait dengan cabang tadi. Kalau memungkinkan dari ujung ranting buat ranting-ranting kecil lagi dan ditulis kata-kata yang terkait.
Misalkan kata ‘geografi’. Di ujungnya ditulis peta, kepulauan, transportasi, biaya. Untuk cabang ‘obyek’ dapat kita tulis: alam, budaya, sejarah, kuliner.
Cabang ‘penduduk dapat ditambahkan kata-kata: jumlah, pendidikan, agama, asal usul. Sementara kata ‘adat’ dicabangnya dapat kita terakan kata-kata: upacara, pakaian, bahasa, dan tempat kramat.
Mind map itu ditulis dengan menggunakan tangan agar segala kreativitas yang ada dalam pikiran dapat keluar dengan bebas.
Agar tampilan menarik, gunakan alat tulis warna-warni. Kalau perlu dibuat gambar.
Setelah dirasakan cukup, mulai membuat kerangka tulisan. Caranya, lihat mind map yang sudah dibuat.
Kemudian mulai memangkas cabang atau ranting yang dianggap tidak relevan dengan tema ‘Wisata Pulau Morotai’.
Lalu mulai menyusun sub-sub tema (cabang-cabang tadi) secara sistematis dengan memberikan nomor sesuai urutan pembahasan.
Dengan bahan-bahan yang ada maka kita tinggal mengisi sub-sub tema tadi menjadi paparan yang mendalam.
Mulai menulis
Bahan sudah. Bahasa jurnalistik, sudah. Kerangka tulisan sudah. Langkah selanjutnya? Ya, menulis.
Untuk menulis buku, mulailah dari bagian yang menurut Anda paling menarik atau menguasai. Tidak harus mulai dari bagian awal. Bisa saja mulai dari bagian tengah atau terakhir.
Biarlah semua ide yang ada di dalam pikiran berubah wujud menjadi kata-kata dan memenuhi layar monitor atau di atas kertas.
Selama proses penulisan tahap pertama ini jangan memikirkan masalah editing atau kesalahan bahasa. Sebab kalau kita memikirkan hal teknis ini proses kreatif bisa terhenti atau terganggu.
Banyak calon penulis mengalami kebuntuan saat menuangkan gagasannya. Situasi ini pun dialami oleh para penulis senior.
Bila terjadi maka sebaiknya tinggalkan sejenak. Lakukan aktivitas yang menyenangkan seperti jalan-jalan, dengarkan musik, nonton film, atau baca buku.
Lebih bagus lagi kalau aktivitas itu masih terkait dengan tema naskah yang sedang disiapkan.
Baru setelah pikiran segar dan ide-ide bermunculan, mulai kembali melanjutkan tulisan yang terhenti tadi.
Nah, setelah tulisan tuntas seluruhnya baru proses editing dilakukan. Kita perhatikan tata bahasa, susunan kalimat, pemilihan kata, penggunaan istilah, pemakaian kalimat aktif atau pasif, kutipan, dan lain-lain.
Dalam proses penulisan tahap kedua ini kita perlu melihat kembali apakah seluruh sajian yang ditulis sudah sesuai dengan fokus tema yang diangkat?
Masih adakah hal-hal yang belum diungkapkan? Bila masih, tambahkan.
Setelah proses editing selesai, ada baiknya minta pendapat orang lain agar tulisan yang dibuat dapat menarik bagi pembaca.
Toh, kita menulis buku untuk orang lain, bukan untuk diri sendiri. Pendapat orang lain dapat memberikan penilaian obyektif dibandingkan diri sendiri yang telah bergumul sejak ide muncul hingga naskah tuntas ditulis.
Tawarkan Penerbit
Setelah naskah selesai, kita perlu mencari informasi, alamat, email, telepon penerbit yang sesuai dengan jenis naskah yang dibuat.
Memang ada penerbit yang menerima segala jenis naskah tetapi ada pula yang mengkhususkan pada jenis buku tertentu.