Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Samsung Mulai "Persenjatai" Guru

Kompas.com - 01/03/2017, 09:11 WIB
M Latief

Penulis

MAKASSAR, KOMPAS.com - Teknologi adalah senjata guru untuk menghadapi perkembangan zaman yang terus bergulir. Bekal memahami teknologi sebagai media ajar di sekolah harus mumpuni untuk menciptakan proses belajar lebih efisien, menarik dan interaktif. 

"Saya tahu siswa-siswi atau guru di sini punya smartphone, tapi 80 persen di antara mereka hanya memakainya untuk telepon, media sosial atau SMS," ujar Anshar Syukur, Guru SMK Negeri Takalar, usai peresmian program 'Dari Samsung untuk Guru Indonesia' di Makassar, Selasa (27/2/2017).

Sebagai pendidik, lanjut dia, itu adalah tantangan. Betapa tidak. Hampir semua murid menguasai gadget untuk apa saja di tangan mereka, tapi tidak paham jika dijadikan alat belajar.

Lebih miris lagi, kata Anshar, guru tidak memahami "senjata" yang dikuasai para muridnya itu. Guru gagap dengan kemajuan para anak didik yang mungkin lima langkah lebih jauh dari mereka.

Memang, salah satu kendala pemanfataan teknologi dalam metode pengajaran adalah keterbatasan guru-guru Indonesia menggunakan gadget. Bahkan, bukan hanya di Sulawesi Selatan bahwa, sebagian besar di antara para guru itu belum akrab sama sekali dengan teknologi.

Kenyataan itu sangat dekat dengan penelitian yang bahkan sudah dilakukan Bambang Sumintono dari University Malaya pada 2012 lalu. Hasil penelitiannya di Bali, Sulawesi, Jawa Tengah, dan Papua mendapati bahwa hanya 30 persen guru mengakses internet untuk mencari informasi dan hanya 4 persen yang mencari informasi mengenai ilmu pengetahuan dan bahan ajar secara spesifik.

Ini jelas berbeda dengan siswa-siswi Indonesia, yang berdasarkan riset UNICEF pada 2014 lalu memaparkan bahwa 80 persen di antara mereka sudah mengakses internet menggunakan tablet, laptop, maupun smartphone. Selain aktif di media sosial, mereka sudah mulai mengerjakan tugas-tugas sekolahnya dengan gadget.

"Kami menyadari bahwa sebagian besar guru di Indonesia masih memiliki kendala dalam memakai perangkat-perangkat teknologi. Oleh karena itu, kami menyiapkan kurikulum pelatihan e-learning dan pelatihan dasar menggunakan software umum seperti powerpoint,  excel, dan banyak lagi," ujar Ramli Rahim, Ketua Ikatan Guru Indonesia (IGI).

Untuk memuluskan tujuannya, IGI bekerjasama dengan PT Samsung Electronics Indonesia membangun fasilitas Samsung Learning Class, yaitu sebuah ruang berbasis Teknologi, Informasi dan Komunikasi di Makassar, Sulawesi Selatan. Program ini sudah diinisiasi sejak Agustus 2016 lalu.

"Ada 17 kanal pelatihan bisa diikuti para guru. Ini terbuka untuk semua guru, bukan cuma anggota IGI. Sekarang ini sudah ada 1.000 guru akan menerima pelatihan di berbagai wilayah Indonesia, bukan cuma di Sulsel," ujar Ramli.

Hingga akhir 2017 nanti IGI menargetkan bisa memberikan pelatihan sebanyak 500.000 guru dari seluruh Indonesia. Khusus di Samsung Smart Learning Class, lanjut Ramli, pihaknya membidik 23.000 guru dalam setahun ini.

Senjata guru

Satu guru satu inovasi (Sagusanov) atau satu guru satu blog (Sagusablog) itu hanya dua dari 17 kanal pelatihan yang harus dilewatkan para guru di Samsung Smart Learning Class tersebut.

Perlu dicatat, tidak semua guru akan lulus dan mendapat sertifikat dengan mudah dalam pelatihan, karena selama beberapa puluh jam belajar di situ mereka harus bisa membuat satu karya sebagai predikat "lulus" dari pelatihannya. 

"Mereka akan mengikuti 32 jam atau 80 jam pelatihan. Sertifikat tidak kami berikan kalau karyanya tidak ada. Satu guru satu karya, itu intinya," ujar Ramli.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com