KOMPAS.com – Jumlah peneliti Indonesia dinilai masih minim. Data dari Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO) pada 2016 menyebutkan bahwa kuantitas periset di negeri ini adalah yang paling sedikit di antara negara-negara anggota G-20.
Rasio jumlah periset di Indonesia, menurut sumber tersebut, yaitu 89 peneliti untuk per 1 juta penduduk. Dibandingkan dengan Singapura—jawara ASEAN—yang memiliki 6.658 peneliti per 1 juta penduduk, Indonesia masih jauh tertinggal.
"Indonesia kekurangan peneliti," ungkap Wakil Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia Satryo Soemantri Brodjonegoro seperti ditulis Kompas, Selasa (20/9/2016).
Kondisi tersebut semakin bertambah berat karena kualitas peneliti dalam negeri pun dinilai masih belum memadai. Hal ini, terlihat dari jumlah publikasi ilmiah periset lokal yang masih tertinggal dari negara tetangga.
Dikutip dari kopertis12.or.id pada Senin(16/1/2017), dalam setahun Indonesia hanya mampu menghasilkan 6.260 riset. Sementara Malaysia mampu membuat 25.000 riset, Singapura 18.000 riset, dan Thailand 12.000–13.000 riset.
Kenyataan ini cukup memprihatinkan mengingat penelitian berperan besar dalam memajukan suatu bangsa. Contoh saja, Amerika, China, Inggris, Jerman, dan Jepang. Negara-negara maju itu masuk dalam peringkat 5 besar sebagai negeri terbaik dalam hal publikasi ilmiah menurut scimagojr.com.
Tak cuma soal jurnal limiah, beberapa industri di dalam negeri pun kedapatan minim melakukan research and development (RnD) atau penelitian dan pengembangan. Pada industri berbasis sains seperti farmasi, misalnya.
Berdasarkan tulisan di kemenperin.go.id, Rabu (27/1/2017), meski menguasai 70 persen pasar kebutuhan farmasi dalam negeri, industri ini masih mengimpor 95 persen bahan baku obat. Hal itu terjadi karena mereka tidak melakukan RnD.
Padahal, merujuk Kontan, Senin (13/2/2017), pasar produk farmasi di Indonesia rata-rata tumbuh 10 persen per tahun pada periode 2011-2015. Adapun pada tahun lalu, nilai transaksi pasar diperkirakan mampu mencapai Rp 69 triliun dan diperkirakan akan menghasilkan Rp 102 triliun pada 2020.
Solusi untuk industri farmasi
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.