KOMPAS.com - Situasi negara yang tidak aman biasanya membuat warganya tak nyaman. Proses pembelajaran pun bisa terganggu. Oleh sebab itu, calon mahasiswa sebaiknya benar-benar jeli mempertimbangkan negara tujuan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya.
Berdasarkan Indeks Perdamaian Global (GPI) yang disusun Institut Ekonomi dan Perdamaian, ada 22 indikator untuk menentukan level kedamaian sebuah negara. Beberapa di antaranya adalah angka kejahatan, hubungan dengan negara sekitar, dan tak pernah terlibat perang.
Menurut laporan yang dirilis pada 2016 itu, Islandia menjadi negara yang paling memenuhi indikator-indikator tersebut.
Negeri tersebut memiliki tingkat demokrasi yang nyaris sempurna. Kesetaraan gender juga terjaga—mengingat Islandia adalah negeri pertama di Eropa yang memiliki presiden perempuan, Vigdis Finnbogadottir yang terpilih pada 1980.
Lebih dari itu, tingkat kejahatan di sana sangatlah rendah. Selain itu, sektor pendidikan di negeri tersebut sukses dengan 99 persen warga yang bebas dari buta huruf. Prestasi itu memungkinkan karena rakyat Islandia tak perlu membayar biaya sekolah.
Rakyat Islandia juga tercatat menjadi warga paling melek informasi. Negara ini berada di posisi atas dalam hal kegemaran membaca dan penerbitan buku.
Posisi kedua ditempati oleh Denmark. Seperti Islandia, pendidikan digratiskan di negeri Skandinavia ini. Bahkan tak hanya pendidikan, warga pun tak perlu membayar biaya kesehatan.
Kepedulian akan kesehatan dan lingkungan ditunjukkan warga ibu kota Denmark, Kopenhagen, yang lebih memilih bersepeda atau berjalan kaki ke sekolah atau tempat kerja. Hal ini, dilakukan demi membuat Kopenhagen menjadi kota dengan level karbon terendah pada 2025.
Situasi yang damai di Denmark salah satunya disebabkan tingkat korupsi yang kecil. Gejolak politik akibat korupsi tidak dirasakan warga Denmark seperti halnya warga Indonesia.
Austria kemudian berada pada posisi ketiga. Berdasarkan GDP-nya, Austria adalah salah satu negara terkaya di dunia sehingga memiliki standar hidup yang tinggi dan sistem transportasi yang sangat mumpuni.
Keindahan alam dan bangunan-bangunan bersejarah di sana membuat Austria dikunjungi jutaan turis dari berbagai negara di dunia setiap tahun.
Austria merupakan salah satu negara yang paling nyaman untuk ditinggali karena rendahnya angka kejahatan. Hal ini tentu menjadi idaman bagi tiap pelajar, bukan?
Selanjutnya, pada posisi keempat ada Selandia Baru. Negara yang terletak tak terlalu jauh dari Indonesia ini dikenal memiliki layanan sosial yang luar biasa, jumlah narapidana yang minim, dan memiliki hubungan baik dengan negara sekitarnya.
Selandia Baru dikenal memiliki sistem hukum yang independen dan kuat serta kepolisian yang berdedikasi tinggi.
Negeri Kiwi itu juga memberikan layanan pendidikan dan kesehatan yang sangat baik untuk rakyatnya. Penduduk asli, terutama yang tak bekerja, bisa mendapatkan layanan kesehatan gratis saat membutuhkan.
Jaraknya yang cenderung lebih dekat dari Indonesia tentu menjadi kelebihan untuk menjadikan Selandia Baru tujuan pilihan untuk lanjutkan pendidikan.
Sementara itu, pada posisi kelima terdapat Swiss sebagai negara terdamai. Kota-kota yang bersih, angka kejahatan yang rendah, dan makanan yang berkualitas membuat Swiss menjadi salah satu negeri yang paling layak ditinggali.
Kualitas pendidikan dan sistem kesehatan negeri tersebut adalah salah satu yang terbaik di dunia. Oleh karenanya, tak heran kalau kemampuan dan bakat rakyat Swiss terdongkrak luar biasa.
Tak hanya berfokus pada pengembangan SDM, Swiss juga dikenal sebagai salah satu negeri paling hijau di dunia karena sangat mengutamakan energi terbarukan dan produk-produk ramah lingkungan.
“Prinsip life balance selalu dipegang warga Swiss,” ujar Prof. Lynn Lim, Dekan Program Master of Science in International Management dari University of Applied Sciences and Arts Northwester Switzerland, kepada Kompas.com (17/04/2017).
Dalam pemaparannya di kampus Indonesia International Institute for Live Sciences (i3L) yang terletak di Pulomas itu, Lim menceritakan keseruan belajar di University of Applied Sciences and Arts Northwester Switzerland.
“Pukul 08.30 malam, mahasiswa sudah harus pulang. Tidak boleh ada kegiatan apa pun di kampus,” papar dosen tersebut.
Hal itu bertujuan agar kehidupan mahasiswa tak melulu berkutat dengan dunia perkuliahan. Keseimbangan dalam hidup menjadi prioritas utama. Negara yang damai ditambah kualitas pendidikan yang tinggi membuat Swiss menjadi tujuan ideal bagi calon mahasiswa.
Mau mencicipi berkuliah di sana? Selain jenjang sarjana, salah satu universitas terbaik di Swiss itu menawarkan program master yang bekerja sama dengan Kampus i3L.
Tak tanggung-tanggung, calon mahasiswa magister akan memperoleh dua gelar (double degree) sekaligus, yakni Magister Bio Manajemen (M.M) dari i3L dan Master of Science in International Management (M.Sc) dari University of Applied Sciences and Arts Northwester Switzerland.
Dalam program tersebut, mahasiswa akan menjalani masa kuliah selama empat semester dengan semester ketiga berlangsung di University of Applied Sciences and Arts Northwester Switzerland.
Seperti diketahui, i3L adalah institusi yang memiliki kurikulum internasional berbasis bisnis dan sains. Dengan demikian, para mahasiswa tak hanya dididik menjadi ilmuwan, tetapi juga pebisnis andal sehingga bisa memasarkan produk temuannya.
Meski mempelajari sains dan bisnis sekaligus bukanlah hal yang mudah, dengan kenyamanan dan tingkat kedamaian tinggi yang dimiliki Swiss, proses pembelajaran tentu akan berjalan lancar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.