Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 02/05/2017, 13:43 WIB
|
EditorAmir Sodikin


KOMPAS.com
– Coba diingat-ingat benar, siapa itu Ki Hadjar Dewantara? Nama aslikah itu? Apa pula ajarannya sampai tanggal lahirnya ditetapkan menjadi hari besar nasional?

Tebakan paling baik, yang teringat dari nama ini mungkin kurang lebih hanya, “Umm... tokoh pendidikan nasional?”

Tak usah malu atau merasa dipermalukan kalau tak juga mendapatkan informasi tambahan untuk menjawab pertanyaan tersebut.

Banyak orang sekarang bisa jadi punya ingatan sama pendeknya soal nama ini.

Kalaupun ada tambahan informasi yang teringat, paling banter ya Hari Pendidikan Nasional yang dirayakan setiap 2 Mei ini punya kaitan dengan Ki Hadjar Dewantara.

Soal ajarannya, barangkali hanya anak-anak generasi Orde Baru yang tumbuh besar dalam deretan slogan dan jargon yang masih ingat beberapa hapalan tentangnya.

Ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani,” tiga frasa yang dulu rutin jadi soal ulangan atau pertanyaan di ujian kecakapan Pramuka tentang ajarannya.

Terjemahan bebas dalam Bahasa Indonesia kurang lebih, “Di depan memberi contoh, di tengah memberi semangat, di belakang memberikan dorongan.”

Sederet slogan tersebut sampai kini resminya masih menjadi acuan bagi guru dalam mendidik para siswanya. Setidaknya, frasa “tut wuri handayani” masih setia terpajang sebagai bagian dari logo Kementerian Pendidikan Nasional.

Ki Hadjar Dewantara adalah nama alias untuk Raden Mas Soewardi Soerjaningrat sejak 1922. Lahir pada 1889, tanggal kelahirannya ditetapkan menjadi Hari Pendidikan Nasional, yaitu setiap 2 Mei.

Penelusuran Kompas.com mendapati penetapan Hari Pendidikan Nasional ini muncul di Keputusan Presiden Nomor 316 tahun 1959 dan aturan lain sesudah itu yang merujuk kepada aturan tersebut.

Itu pun, “tentang”-nya adalah “Hari-hari Nasional yang Bukan Hari Libur” bersama sejumlah hari peringatan lain.

Merujuk harian Kompas edisi 2 Mei 1968, penetapan tersebut merupakan bentuk penghargaan Pemerintah atas jasa Ki Hadjar Dewantara yang telah memelopori sistem pendidikan nasional berbasis kepribadian dan kebudayaan nasional.

Penggunaan nama alias pada 1922 bertepatan dengan langkah Ki Hadjar Dewantara mendirikan sekolah Taman Siswa di Yogyakarta. Sejak itu, kiprahnya di dunia pendidikan terus berlanjut, sejalan dengan semangatnya melawan penjajahan.

Halaman selanjutnya: Fatwa ajaran

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com