Setidaknya dalam pengamatan penulis, denyut aktivitas publik keislamanan tiada yang segairah sekarang. Di banyak kota, dan tak hanya kota besar, aneka dauroh (kajian ilmiah) kian sesak dikunjungi. Apalagi dalam momen emas seperti 10 hari terakhir Ramadhan 1438 Hijriah ini.
"Kesesakan" ini juga terjadi dalam medium komunikasi publik bernama media sosial. Kelimpahan ilmu melalui platform digital telah memunculkan banyak komunikator komunikasi transendental tak kalah mumpuni dari penceramah kota besar, semisal Ustaz Abdul Somad, Lc dari Riau.
Hadirnya membuat ragam konten Islami tak hanya meruah, namun juga memudahkan siapapun memiliki rentang ilmu yang kian luas penuh hikmah kebijaksanaan. Sudah pasti pula membuat sisi kedekatan emosi pada ustaz asal kampung seseorang menjadi tiada sekat lagi.
Faedah media sosial semacam inilah yang tentu patut kita syukuri. Dan, ini semua tak terlepas dari kemasan desain komunikasi visual kegiatan Islami yang kian hari kian sophisticated: Tampilannya mendorong jemaah hadir pengajian tersebut. Simak dua contohnya dari Bandung berikut ini.
Dengan gaya kekinian, desain yang akrab dan mencolok mata (eye catching), sekaligus bernuansa modern, maka tak perlu heran jika atensi atas aneka kegiatan keislaman pun mekar bak jamur di musim hujan.
Ini pula yang penulis rasakan dalam nuansa mengejar malam 1.000 bulan sekarang di Kota Bandung. Betapa jemaah terpersuasi saling berlomba kebaikan mengejar malam 1.000 bulan.
Tengoklah di Masjid Habiburahman di Jalan Pajajaran, Andir, atau persis seberang PT Dirgantara Indonesia (PT DI). Jumat (16/6/2017) malam lalu, dimulai pukul 01.00 dinihari, penulis sudah rasakan ambience tinggi ketika kendaraan baru di depan masjid. Luapan parkir mobil sudah terlihat di ruas kiri PT DI. Padahal ini baru malam genap, dan biasanya memenuhi kedua ruas jika malam ganjil tiba.
Setelah cukup panjang meraih tempat parkir yang enak, penulis kemudian mendekati muka masjid. Masya allah, "lautan" tenda aneka kelir dan ukuran langsung terlihat jelas. Kurang lebih ada 60 tenda.
Kira-kira tiga per empat tenda terpaksa dipasang di halaman masjid saking tak tertampungnya. Agar dapat slot, tenda ini harus daftar jauh hari ke pengurus DKM, yang mana tahun ini alokasi tenda tersebut sudah habis dari 29 Mei 2017 atau hari ke-3 Ramadhan.
Di sela-sela tenda, terlihat sebagian penghuninya tengah mengaji. Lainnya tampak sedang beristirahat, termasuk sejumlah anak-anak yang memang sengaja dibawa ayah ibunya tinggal 10 hari, agar tak pergi ke mana-mana dari masjid ini.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.