Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Muhammad Sufyan Abd
Dosen

Dosen Digital Public Relations Telkom University, Lulusan Doktoral Agama dan Media UIN SGD Bandung. Aktivis sosial di IPHI Jabar, Pemuda ICMI Jabar, MUI Kota Bandung, Yayasan Roda Amal & Komunitas Kibar'99 Smansa Cianjur. Penulis dan editor lebih dari 10 buku, terutama profil & knowledge management dari instansi. Selain itu, konsultan public relations spesialis pemerintahan dan PR Writing. Bisa dihubungi di sufyandigitalpr@gmail.com

Komunikasi Pencuat Spirit Malam Seribu Bulan

Kompas.com - 20/06/2017, 10:46 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorAna Shofiana Syatiri

Jika sekadar melihat ini, dan dengan catatan ini malam genap, ada sekira 1.000 jemaah yang turut serta pada malam ke-22 Ramadhan 1438 Hijriah. Angka yang relatif sedikit karena jika malam ganjil bisa hadir dua/tiga kali lipatnya.

Abul, warga Surabaya, seorang jemaah langganan i'tikaf Ramadhan di Habiburahman, mengatakan kepada penulis, jika pada malam ganjil, shaf shalat ikhwan bisa mencapai 7 hingga 8 barisan. Belum dengan yang di luar masjid.

"Waktu malam Jumat kemarin (malam ke-21, red), hampir tak kebagian shaf di dalam saking penuhnya. Kan yang datang bukan hanya dari Kota Bandung saja, hampir ada dari seluruh provinsi di Indonesia," ujar karyawan PT DI ini.

Ghirah (semangat) tinggi pula yang membuat jemaah pun tetap syahdu dan khusuk saat shalat berjemaah qiyamul lail (8 tarawih dan 3 witir) sekalipun menuntaskan bacaan panjang 3-4 juzz.

Oleh karenanya, 10 hari terakhir di masjid ini, secara kolegial dalam bentuk shalat malam saja, akan khatam satu kali. Belum dengan tadarus per kelompok dan atau individu, sehingga lantunan Alquran benar-benar tak pernah berhenti di masjid ini.

Khusus witir tiga rakaat, selepas ruku terakhir, imam kemudian membacakan qunut dengan doa cukup panjang hampir 10 menit. Pada saat inilah, banyak jemaah yang berurai air mata ketika mendengar redaksi doa.

Dari mulai yang utama meminta ampun atas dosa dan khilaf selama ini, mendoakan iman tetap kuat, mendoakan orangtua, hingga mendoakan kaum muslim di manapun, terutama yang sedang terkena ujian iman berat seperti di Suriah dan Rohingya.

Hingga kemudian, ketika imam menutup salam setelah tahiyatul akhir, tanpa terasa pula, jam di dinding sudah menunjukkan pukul 4 dinihari dan saatnya sahur. Ada yang mengambil dari panitia khusus peserta pendaftaran i'tikaf, namun banyak pula yang membeli dari sekitar 30 pedagang kaki lima aneka penganan di bagian timur masjid.

Semoga komunikasi transendental Islami ini kian teguh ke depan, justru terutama setelah lepas Ramadhan. Semoga pula implementasi ilmu komunikasi kian melekat dan berfaedah untuk meluasnya rahmat Islam bagi semesta. Aamiin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com