BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dan Axa Mandiri

Pada 2020, Tak Ada Lagi Pelajaran Matematika di Negara Ini!

Kompas.com - 19/09/2017, 13:44 WIB
Haris Prahara

Penulis

Kompas.com - Matematika menjadi salah satu mata pelajaran menakutkan bagi siswa di Indonesia. Tinta merah acap kali tersemat di rapor akibat bidang studi penuh angka tersebut.

Hasil riset Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) pada 2015 mengonfirmasi rendahnya penguasaan Matematika pelajar Indonesia. Negara berpenduduk lebih dari 250 juta orang ini hanya berada di peringkat ke-45 dari 50 negara yang disurvei.

Sebagaimana diwartakan harian Kompas (Kamis, 15/12/2016), dibutuhkan pendekatan baru untuk menggenjot minat pelajar Indonesia terhadap pelajaran Matematika.

“Siswa harus dibiasakan berlatih soal-soal non-rutin, belajar dengan alat- alat peraga, lalu guru mengembangkan metode pembelajaran serta penilaian bernalar,” ujar Rahmah Zulaiha, peneliti Pusat Penilaian Pendidikan, Badan Litbang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Segala upaya perbaikan yang dilakukan tentunya butuh waktu untuk menikmati hasilnya. Mendongkrak kualitas pendidikan bukanlah proses instan, tak dapat sekejap mata.

Berbicara mengenai peningkatan kualitas pendidikan, utamanya terkait kemampuan siswa dalam memahami pelajaran Matematika, Indonesia seyogianya dapat berkaca pada Finlandia. Negara itu dipandang sebagai salah satu negara dengan sistem pendidikan terbaik di dunia.

Keunggulan pendidikan Finlandia antara lain tercermin dari tingginya kualitas tenaga pengajar dan pola pengajaran kontekstual oleh guru.

Nah, jika ingin anak Anda terdepan dalam hal pendidikan, mungkin ada baiknya Anda berpikir untuk menyekolahkan mereka ke negeri tersebut.

Sebagaimana diwartakan laman The Independent (Jumat, 20/3/2015), Finlandia segera mengubah konsep pengajaran menjadi metode kontekstual pada 2020 mendatang. Itu berarti tak ada lagi pengajaran berdasarkan subjek pelajaran, baik Matematika, Fisika, Kimia, maupun lainnya.

“Kondisi tersebut merupakan perubahan besar bagi pendidikan Finlandia,” ujar pejabat otoritas pendidikan Finlandia, Liisa Pohjolainen.

Ilustrasi belajar bahasa Mandarin.IST Ilustrasi belajar bahasa Mandarin.

Pendekatan kontekstual itu memudahkan siswa dalam memahami suatu peristiwa maupun fenomena tertentu.

Misalnya, materi tentang cikal-bakal benua Eropa. Guru di Finlandia tak akan mengajar terfokus pada fakta sejarahnya saja, tetapi juga dihubungkan dengan aspek lainnya seperti hitungan jarak satu negara dengan negara lain, negara mana yang penduduknya paling banyak, dan lain-lain.

Tak monoton

Pola pengajarannya pun menjadi tidak bersifat kaku dan lintas topik. Guru-guru di Finlandia dituntut untuk mengajar dengan ceria dan sebisa mungkin selalu membawa alat peraga saat berada di kelas.

“Kami benar-benar ingin menata sistem pendidikan secara menyeluruh dan mempersiapkan anak-anak dengan keterampilan yang relevan dengan tantangan masa depan,” lanjut Liisa.

Sungguh sebuah negara impian untuk menempuh pendidikan, bukan?

Pertanyaan berikutnya yang mungkin hadir dalam benak adalah “Iya benar, akan sangat menyenangkan bila dapat sekolah di sana. Lantas, bagaimana dengan biayanya?”.

Kekhawatiraan akan besarnya biaya pendidikan untuk sekolah di luar negeri amatlah wajar. Hal itu telah menjadi pandangan umum di masyarakat.

Namun, tenang saja karena masih ada cara dan waktu untuk mewujudkan impian tersebut. Sebagai contoh, Anda mulai dapat menyisihkan tabungan Anda sedini mungkin sebagai bekal untuk biaya edukasi anak.

Terlebih lagi, kini terdapat alternatif produk tabungan sekaligus asuransi sebagai proteksi jangka panjang untuk diri Anda.

Melalui produk Muda Mandiri Syariah, misalnya. Produk itu membuat Anda bisa rencanakan lebih biaya sekolah bagi anak, sekaligus memberi kepastian masa depan bagi Anda sekeluarga.

Jadi, sudah siapkah Anda membekali anak dengan pendidikan terbaik ala Finlandia?


komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau