Digitalisasi, Mapala UI Selamatkan 10.000 Lebih Koleksi Foto "Jadoel"

Kompas.com - 17/12/2017, 00:10 WIB
Wahyu Adityo Prodjo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Tim digitalisasi dokumentasi Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Indonesia (Mapala UI) berhasil menyelamatkan lebih dari 10.000 koleksi foto sejak era 1960-an. Koleksi foto kegiatan Mapala UI dalam berbagai format analog "zaman doeloe" itu kini sudah beralih ke format digital.

Koordinator Teknis Tim Digitalisasi Dokumentasi Mapala UI, Yayak M Saat, mengatakan koleksi foto yang diselamatkan itu ada dalam bentuk tercetak, slide positif, dan slide negatif. Dia menyebut koleksi-koleksi foto tersebut merupakan hasil dari kegiatan besar Mapala UI, antara lain Ekspedisi Seven Summit Mapala UI, Ekspedisi Sungai Tripa, Ekspedisi Puncak Carstensz 1972, dan beragam kegiatan lintas divisi di Mapala UI. Dari era Soe Hok Gie sampai penjelajahan Puncak Tujuh Benua.

"Kalau foto slide sudah berhasil dipindai semua. Jumlahnya itu sekitar 9.000-10.000 buah yang slide positif, foto tercetak 4.000-5.000, slide negatif ada 3.000. Ini karena baru beberapa hari dikerjakan," kata Yayak kepada Kompas.com beberapa waktu lalu.

Yayak mengatakan tim mulai bergerak untuk penyelamatan koleksi foto Mapala UI sejak September 2017 lalu. Dia mengatakan tim digitalisasi menemukan berbagai kerusakan pada berbagai koleksi foto tersebut.

Foto Soe Hok-Gie yang ditemukan di Sekretariat Mapala UI, Depok, Jawa Barat. Soe Hok-Gie merupakan salah satu pendiri Mapala UI sekaligus aktivitis yang turut berperan dalam aksi long march dan demo besar-besaran pada tahun 1966. Mapala UI sebagai salah satu pelopor pencinta alam di Indonesia, memiliki foto-foto yang menjadi bagian sejarah kepencintaalaman di IndonesiaDokumentasi Mapala UI Foto Soe Hok-Gie yang ditemukan di Sekretariat Mapala UI, Depok, Jawa Barat. Soe Hok-Gie merupakan salah satu pendiri Mapala UI sekaligus aktivitis yang turut berperan dalam aksi long march dan demo besar-besaran pada tahun 1966. Mapala UI sebagai salah satu pelopor pencinta alam di Indonesia, memiliki foto-foto yang menjadi bagian sejarah kepencintaalaman di Indonesia
"Semua koleksi ada di sekretariat. Kalau foto slide seperti yang saya bilang 30-40 persen itu on the way ke rusak. Ada yang berjamur parah, kalau berdebu sudah pasti. Kalau dibilang berdebu, hampir semuanya berdebu, dan kami berusaha bersihkan, tapi kalau jamur tidak bisa. Untuk foto negatif sedang dikerjakan. Mungkin terdeteksi sekitar 15 persen yang rusak," tambahnya.

Awalnya, lanjut Yayak, saat melakukan peninjauan koleksi foto di Sekretariat Mapala UI, kampus UI Depok, Jawa Barat, tim tak membayangkan kerusakan foto. Dia memerkirakan jumlah foto yang mengalami kerusakan sekitar 70 persen dari jumlah foto.

"Yang tak terbayangkan dan jadi persoalan itu adalah tahapan, karena beberapa bagian tak kita perhitungkan dari awal, yaitu membersihkan. Sebelum digitalisasi kan sudah dipindai, itu kan harus dibersihkan dulu. Itu satu per satu dibersihkan. Misalnya slide, plastik yang filenya itu sudah terlalu kotor dan tak bisa dipakai lagi. Waktu cari plastiknya sudah tidak ada. Di Singapura tidak ada. Beruntung ada teman berbaik hati pesan dari Amerika Serikat lewat online. Itu juga termasuk beruntung," katanya.

Kini, proses penyelamatan foto-foto Mapala UI masih terus berlanjut. Yayak menuturkan, tahun depan tim akan mulai bergerak untuk mencari dan menyelamatkan beragam koleksi foto yang tak dimiliki oleh Badan Pengurus Mapala UI.

Ketua Umum Mapala UI, Yohanes Poda Sintong Siburian, mengatakan proses digitalisasi ribuan koleksi foto Mapala UI adalah hal penting dilakukan. Tanpa proses itu, menurut dia, koleksi foto akan rusak seiring perkembangan zaman.

"Foto Mapala UI itu adalah kekayaan dan aset. Kami memang harus memerhatikan itu, karena sejarah itu merupakan kebanggaan dan pelajaran yang tak semua orang punya. Foto-foto kami itu bagian dari perjalanan sejarah Mapala di Indonesia," kata mahasiswa yang akrab disapa John.

Menurut dia, sebagai salah satu pelopor pencinta alam di Indonesia, Mapala UI memiliki segudang foto yang menjadi bagian sejarah kepencintaalaman di Tanah Air. John menyebut dalam koleksi foto itu tersimpan beragam cerita perjalanan warga negara Indonesia ke daerah-daerah yang ada di Indonesia dan di seluruh dunia.

"Dalam foto dan arsip itu sebetulnya menyimpan cerita bagaimana pertama kali daerah-daerah di Indonesia atau di dunia yang pernah dieksplorasi oleh kalangan sipil Indonesia, khususnya para mahasiswa pencinta alam. Banyak kegiatan tergolong first descent, first ascend, first exploring. Itu hal-hal pertama yang dilakukan oleh orang sipil Indonesia, termasuk Seven Summit yang terakhir kami lakukan pada 1992," ujarnya.

Mapala UI sendiri tercatat sebagai pencetus ide penjelajahan tujuh puncak gunung tertinggi di tujuh benua atau biasa disebut Seven Summit Expedition. Berbagai gunung es seperti Gunung Aconcagua (Argentina), Gunung Carstensz (Indonesia), Gunung Denali (Amerika Utara), Gunung Kilimanjaro (Afrika), Gunung Elbrus (Rusia) juga telah dijejaki oleh tim Mapala UI.

Beragam jeram sungai, tebing curam, atau goa dan laut juga pernah dijelajahi dan berhasil mencatat sebagai tim pertama yang pernah mengeksplorasinya. Pencapaian-pencapaian tersebut menjadi torehan prestasi dan sejarah Indonesia di kancah dunia pendakian gunung dunia.

Alharhum Wahyu Sardono (Dono Warkop DKI) sedang duduk di atas kapal KRI AL (badge Mapala UI) di lengan kanan menuju Kepulauan Seribu, Jakarta dalam rangka kegiatan bakti sosial. Dono tercatat sebagai anggota Mapala UI dengan nomor anggota M-094-UI. Mantan dosen Jurusan Sosiologi FISIP-UI ini meninggal dunia pada 30 Desember 2001 sekitar pukul 01.00 WIB akibat penyakit kanker paru-paru, setelah sempat dirawat sejak Sabtu (29/12) dini hari.Dokumentasi Mapala UI Alharhum Wahyu Sardono (Dono Warkop DKI) sedang duduk di atas kapal KRI AL (badge Mapala UI) di lengan kanan menuju Kepulauan Seribu, Jakarta dalam rangka kegiatan bakti sosial. Dono tercatat sebagai anggota Mapala UI dengan nomor anggota M-094-UI. Mantan dosen Jurusan Sosiologi FISIP-UI ini meninggal dunia pada 30 Desember 2001 sekitar pukul 01.00 WIB akibat penyakit kanker paru-paru, setelah sempat dirawat sejak Sabtu (29/12) dini hari.
Berawal dari buku

Ide penyelamatan ribuan koleksi foto Mapala UI itu tak datang tiba-tiba. Yayak mengaku keberadaan tim digitalisasi muncul setelah proses pembuatan buku "Menjelajah Melampaui Zaman".

Buku "Menjelajah Melampaui Zaman" adalah buku yang memuat kisah petualangan dan persahabatan selama 30 tahun oleh sekelompok anggota Mapala UI dari hasil seleksi Badan Khusus Pelantikan (BKP) tahun 1986.

Selama proses pembuatan, Yayak selaku bagian dari anggota Mapala UI BKP 1986, kerap mencari referensi foto yang memuat kegiatan angkatannya di Sekretariat Mapala UI.

"Sebenarnya keinginan digitalisasi sudah ada sejak 1,5 tahun lalu ketika mau bikin buku tentang angkatan. Karena waktu itu kan kita mau pinjam foto di sekretariat, ternyata kondisinya cukup parah akibat penyimpanannya tidak bagus, sudah kelihatan mulai rusak, berjamur dan sebagainya. Memang, itu cuma persoalan penyimpanan, tapi kan itu yang umum terjadi di kelompok pencinta alam, yaitu persoalan pendokumentasian. Maka, kami bersepakat setelah buku itu jadi, kita lanjut ke foto-foto, karena ini memang harta karun Mapala UI," tambahnya.

Langkah selanjutnya, tim digitalisasi mulai direkrut secara internal. Anggota tim terdiri dari anggota aktif dan anggota luar biasa Mapala UI dengan lintas latar belakang pendidikan dan pekerjaan.

"Tim itu awalnya diinisiasi oleh angkatan saya, lalu kita sebarkan (rekruitmen). Tanggapannya baik. Beberapa teman angkatan lain kemudian bergabung. Karena programnya jangka panjang, kami mau mendapat mandat dari Badan Pengurus Mapala UI, dan secara struktural program ini ada di bawah divisi arsip dan dokumentasi Mapala UI," kata Yayak.

Kegiatan digitalisasi foto Mapala UI ini rencananya ditargetkan selesai pertengahan April 2018 mendatang. Puncaknya, pada 2019, Mapala UI akan menggelar pameran foto kegiatan sejak awal organisasi itu berdiri pada 12 Desember 1964. Tepat, di bulan inilah Mapala UI merayakan ulang tahunnya yang ke-53.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau