BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Kemenristek Dikti

Indonesia Masih Kekurangan Tenaga Kerja Kompetitif, Apa Solusinya?

Kompas.com - 18/12/2017, 19:01 WIB
Alek Kurniawan

Penulis

KOMPAS.com - Indonesia merupakan salah satu negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara. Negeri ini memiliki pasar domestik yang sangat luas serta didukung sumber daya alam yang begitu kaya.

Bukan cuma itu, Indonesia menyimpan potensi tenaga kerja yang besar. Saat ini, Indonesia berada pada tahap perkembangan di mana kelompok usia muda dan produktifnya (di bawah usia 30 tahun) lebih besar dibandingkan populasi usia tuanya.

Angkatan kerja muda yang dinamis ini menjadi kunci pendorong bagi potensi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Menurut survei Asian Development Bank, Indonesia diprediksi mampu menumbuhkan Pendapatan Domestik Bruto (PDB)-nya menjadi 5,1 persen pada 2017 dan 5,3 persen pada 2018.

Tidak hanya itu, Indonesia perlu menyiapkan lapangan kerja untuk tenaga semi terampil dan tenaga terampil yang saat ini sebesar 55 juta dan diprediksi akan menjadi 113 juta pada tahun 2030.

Baca: Tiga Menteri Jokowi Hadiri Peresmian Politeknik Ketenagakerjaan

Pendidikan menjadi kunci untuk menciptakan tenaga kerja yang berdaya saing dan kompetitif. Sistem pendidikan yang lebih responsif serta sistem pelatihan yang lebih memadai diperlukan untuk menjawab tantangan-tantangan di atas.

Salah satunya adalah lewat pendidikan dan pelatihan vokasi yang dinilai strategis serta menjadi harapan utama bagi tersedianya pekerja profesional Indonesia yang terampil, berkualitas dan kompetitif.

Kini, pendidikan vokasi telah berkembang pesat. Jumlah institusi pendidikan vokasi berbentuk politeknik, baik negeri maupun swasta, telah mencapai 258 buah dengan jumlah mahasiswa program Diploma III sebanyak 655.098 orang dan program Diploma IV atau sarjana terapan sebanyak 100.014 mahasiswa.

Melalui pendidikan politeknik, generasi muda yang akan membawa Indonesia lebih maju itu dididik untuk menguasai bidangnya. Tidak hanya untuk memahami konsep dan teori, tetapi belajar menguasai secara tepat apa yang diperlukan untuk kepentingan kerja, berpraktik dan mendemonstrasikan pengetahuan secara prosedural.

Tenaga yang belajar cepat, kerja tepat

Tak sedikit dari mahasiwa-mahasiwa politeknik tersebut yang berprestasi dan menciptakan berbagai inovasi dalam berbagai bidang yang berguna bagi kebutuhan banyak orang, salah satunya teknologi komputer. Mengikuti derap perkembangan teknologi komputer yang sedang terjadi di dunia modern ini, Indonesia pun tidak ingin kalah dalam mencetak para ahli teknologi komputer yang handal.

Seperti Muhammad Saiful Islam, seorang mahasiswa semester 7 Politeknik Negeri Bandung. Sejak menempuh pendidikan di politeknik, Saiful mengaku mendapat banyak peluang untuk berkembang dan mengaplikasikan ilmu yang diperolehnya secara nyata.

Muhammad Saiful Islam, seorang mahasiswa semester 7 Politeknik Negeri Bandung yang mengembangkan perangkat lunak MediaWiki.Kemenristek Dikti Muhammad Saiful Islam, seorang mahasiswa semester 7 Politeknik Negeri Bandung yang mengembangkan perangkat lunak MediaWiki.

Selain aktif sebagai Ketua Departemen, Saiful juga dipercaya untuk menjadi Ketua Perencanaan Infrastruktur di angkatannya. Ia bertanggung jawab untuk memastikan semua kebutuhan terhadap penyediaan perangkat keras dan lunak warga kampus yang berjumlah sekitar 400 orang terpenuhi.

Selama memikul tanggung jawab itu, ia merasa gelisah karena tidak ada proses transfer informasi dan ilmu pengetahuan yang terekam dengan baik di kampusnya. Ia pun terpicu untuk menciptakan dan mengembangkan perangkat lunak MediaWiki.

Bahkan, karya ilmiah Saiful yang berjudul “Inisiasi Penerapan Knowledge Management pada Organisasi Kemahasiswaan dengan Perangkat Lunak MediaWiki” terpilih menjadi salah satu karya ilmiah terbaik nasional 2017.

MediaWiki diharapkan dapat menjadi platform yang dapat menyimpan pengetahuan dan informasi terbaru dalam bentuk-bentuk yang dapat dipahami oleh penggunanya.

“MediaWiki mampu menampung dokumen, foto maupun video, sehingga dapat menjadi sumber referensi baik bagi pengembangan program yang sedang atau sudah berjalan secara rutin, maupun program-program khusus yang ada di kampus ini”, ujarnya.

Saiful hanya satu dari sekian banyak mahasiswa pendidikan politeknik yang berprestasi di bidangnya masing-masing. Bahkan meski masih duduk di bangku kuliah, karya Saiful telah dimanfaatkan oleh banyak orang.

Mahasiswa berprestasi mendapatkan penghargaan dari Kemenristek Dikti.Kemenristek Dikti Mahasiswa berprestasi mendapatkan penghargaan dari Kemenristek Dikti.

Pendidikan vokasi, termasuk politeknik, memang lebih terkoneksi dengan pasar tenaga kerja, dimana lebih dari 80 persen alumni institusi politeknik negeri dan swasta yang berkualitas baik dapat segera direkrut dunia industri 3 hingga 6 bulan setelah kelulusannya.

Namun demikian, diakui masih banyak yang harus dibenahi di jalur pendidikan ini.

Masih perlu peningkatan program pelatihan, peremajaan serta penambahan alat belajar dan praktik, pengembangan lingkungan belajar yang lebih kondusif, pengembangan kapasitas tenaga pengajar dengan pemberian pengalaman di industri, peningkatan dorongan pemerintah bagi dunia industri untuk lebih terlibat di pendidikan politeknik, serta penguatan standar nasional untuk panduan program studi dan penilaian mahasiswa.

“Oleh sebab itu, kami memprioritaskan pengembangan pendidikan dan pelatihan vokasi agar tenaga kerja Indonesia semakin kompetitif guna memenuhi kebutuhan pasar ekonomi dalam negeri maupun untuk menjawab tuntutan pasar bebas,” ujar Direktur Jenderal Pembelajaran dan Mahasiswa, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) Prof. Dr. Intan Ahmad, Ph.D.

Baca: Pembangunan Politeknik KIK di Kendal Dimulai

Kemristekdikti pun menggagas Program Pengembangan Pendidikan Politeknik (Polytechnic Education Development Project / PEDP), yang didukung Pemerintah Canada dan Asian Development Bank, untuk meningkatkan akses dan memperkuat relevansi sistem pendidikan politeknik. Utamanya, pada lima sektor prioritas negara yaitu manufaktur, infrastruktur, pertambangan dan energi, pertanian dan pariwisata.

Melalui pembenahan akses, kualitas lulusan di dunia kerja, manajemen sub-sektor dan kualitas serta relevansi program studi pendidikan politeknik, Indonesia diharapkan dapat menikmati tenaga kerja profesional yang terampil, berkualitas dan kompetitif pada era bonus demografi mendatang.


komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com