BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Kemenristek Dikti

Mahasiswa Politeknik Ciptakan Es Krim Sawi Lezat yang Sehat untuk Anak

Kompas.com - 27/12/2017, 09:02 WIB
Auzi Amazia Domasti

Penulis

KOMPAS.com - Mencintai dan menyadari besarnya potensi pertanian Indonesia membuat mahasiswa Politeknik Negeri Jember (Polije), Davidy Ali Wafa, kerap menorehkan prestasi di bidang tersebut.

Salah satu proyek temuan mahasiswa semester V jurusan Produksi Pertanian itu, misalnya, es krim sawi rendah lemak kaya nutrisi.

Bagaimana produk yang unik itu bisa ada? Ide itu bermula dari pengamatan Davidy bahwa anak-anak pada umumnya tidak suka makan sayur sehingga kurang asupan nutrisi dari sayur. Sebaliknya, es krim adalah jenis makanan yang digemari anak-anak.

Davidy pun bersiasat menciptakan es krim dengan bahan dasar sayur sawi yang sehat dan enak untuk dikonsumsi anak-anak. Rasanya menyerupai kelezatan alpukat, tak kalah dari es krim lain.

Tak disangka, Es Krim Pakcoy Scremi-brand yang diciptakan Davidy dan kelompoknya-disambut hangat oleh anak-anak dan remaja yang tinggal di sekitar kampusnya di Jember.

“Kini kami sudah bermitra dengan salah satu SD di daerah Jember dan para petani sayur sawi lokal untuk memproduksi es krim tersebut. Saat ini es krim tersedia dalam bentuk cup berukuran kecil dan sedang. Ke depannya, kami ingin mengembangkan ke cup yang lebih besar,” ujar Davidy.

Melalui proyek itu, Davidy pun berhasil menjadi salah satu penerima hibah Kompetensi Bisnis Mahasiswa Indonesia (KBMI) dari Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti).

Pakcoy Scremi -brand es krim sawi buatan mahasiswa Politeknik Negeri Jember ini memiliki rasa mirip alpukat, tak kalah lezat dari es krim lain.Dok. Pribadi/Kemenristekdikti Pakcoy Scremi -brand es krim sawi buatan mahasiswa Politeknik Negeri Jember ini memiliki rasa mirip alpukat, tak kalah lezat dari es krim lain.
Selain itu, prestasi lain yang pernah didapat Davidy terkait kecintaannya pada bidang pertanian antara lain menjadi juara pertama gagasan tertulis berjudul “Farming Project: Solusi Meningkatkan Produktivitas Mahasiswa Jurusan Produk Pertanian Guna Mencetak Lulusan Agropreneur”.

Gagasan utama dari tulisannya adalah membentuk struktur organisasi yang menghubungkan mahasiswa, petani, dan komunitas di Jember dalam hubungan kewirausahaan dimulai dari pengembangan budidaya produk pertanian, packaging, hingga pemasaran secara mandiri dan menguntungkan.

Belajar sampai China demi pertanian

Tekadnya untuk berkiprah memajukan sektor pertanian membawa Davidy lolos seleksi bersama sembilan temannya dari Polije mengikuti program pertukaran pelajar di China.

Di sana, ia mengikuti kuliah selama satu semester di Jiangsu Agri Animal Husbandry Vocational College, jurusan Landscape Architecture and Horticulture.

Harapannya, semua ilmu yang ia peroleh nantinya dapat berguna untuk membangun desa dengan segala potensinya yang sudah ada.

“Tahun 2039 nanti, Saya bahkan bercita-cita menjadi Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Indonesia. Doakan saja suatu saat bisa terkabul,” ujarnya.

Davidy sadar sepenuhnya bahwa pertanian berpotensi besar mampu mencukupi kebutuhan pangan dan gizi masyarakat, walau menurutnya banyak orang yang menganggap pertanian adalah bidang yang inferior dan ‘kotor.’

Ia pun berharap kemajuan teknologi dan pendidikan bisa turut mendorong potensi pertanian di Indonesia.

Es krim sawi buatan Davidy dan teman-teman sekelompoknya disambut hangat oleh anak-anak yang tinggal di sekitar Politeknik Negeri Jember.Dok. Pribadi/Kemenristekdikti Es krim sawi buatan Davidy dan teman-teman sekelompoknya disambut hangat oleh anak-anak yang tinggal di sekitar Politeknik Negeri Jember.
“Indonesia masih mengimpor bahan pangan dalam jumlah yang tinggi, ada 29 bahan baku makanan pokok masih diimpor dari luar negeri. Padahal, banyak sekali teknik-teknik pertanian yang saya pelajari di Polije seperti kultur jaringan, ilmu pemuliaan tanaman dan proteksi tanaman. Semua hal ini seharusnya dapat menjadikan sektor pertanian di Indonesia maju pesat,” paparnya.

Sejak kecil, Davidy tumbuh di daerah pertanian di Desa Kluncing, Kecamatan Licin, Kabupaten Banyuwangi, sehingga ia memahami teknik-teknik pertanian sederhana di desanya.

Pengetahuan dasar itu ia kembangkan dan dengan mantap ia memilih pendidikan vokasi yang memungkinkannya melakukan lebih banyak praktik dan dapat terjun langsung ke lapangan.

Pertanian jadi prioritas 

Kiprah Davidy mematahkan persepsi umum bahwa pertanian adalah bidang tradisional yang semakin ditinggalkan oleh generasi muda.

Sebaliknya, keterampilan dan keberanian perempuan muda itu untuk melakukan inovasi, menjadi inspirasi bagaimana praktik pertanian dapat diremajakan dan membuka gairah generasi muda untuk menekuni profesi ini.

[Baca juga: Ponsel Jadi Alat Atur Hemat Listrik di Tangan Mahasiswa Politeknik!]

Mengingat pentingnya pertanian sebagai garda ketahanan pangan bangsa, tidak heran sektor ini menjadi salah satu perhatian utama pengembangan pendidikan politeknik di samping manufaktur, infrastruktur, pertambangan dan energi, serta pariwisata.

Kampus Davidy, Polije, termasuk salah satu dari 34 politeknik negeri dan swasta yang berada di bawah Program Pengembangan Pendidikan Politeknik (PEDP) yang digagas oleh Kemristekdikti dan didukung oleh Asian Development Bank-yang khusus menggelontorkan dukungan sebesar 75 juta US dollar-dan Pemerintah Canada, demi meningkatkan akses dan kualitas pendidikan politeknik di Indonesia.

Davidy juga menjadi bukti bahwa sistem dan pendekatan pendidikan politeknik mendorong para mahasiswanya untuk menguasai keterampilan-keterampilan abad ke-21.

Mereka diasah untuk memiliki kemampuan belajar dan melakukan inovasi, menguasai informasi, media dan teknologi, membekali diri dengan keterampilan hidup, dan menciptakan kesempatan untuk mengembangkan karir.

Dengan demikian, mahasiswa tak perlu ragu lagi untuk menempuh pendidikan politeknik dan berprestasi sesuai bakat serta minatnya.


komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com