KOMPAS.com - Seorang mahasiswa Politeknik Negeri Payakumbuh, Ruri Jalil Jabar, prihatin melihat permasalahan rawannya kecelakaan kerja yang dialami buruh pengupas serabut kelapa.
Tak jarang para buruh mengupas serabut kelapa dengan menggunakan tangan saja, parang atau linggis yang rawan kecelakaan kerja dan rentan menimbulkan luka.
Serabut kelapa perlu dikuliti dengan cara apa pun guna mendapatkan daging kelapa sebagai bagian utama dari buah, yang diminati pasar.
Lalu bagaimana jika risiko tersebut dapat terjadi setiap waktu? Belum lagi, cara mengupas seperti ini tidak efisien di tengah industri yang membutuhkan produksi kelapa skala besar, karena memakan waktu yang lama.
Karena itulah, Ruri bersama teman-temannya kemudian berinovasi membuat alat pengupas serabut kelapa model roller silinder. Roller inilah yang dapat membantu kinerja buruh kelapa karena memiliki mata pengupas.
Melalui temuan tersebut, Ruri dan timnya tak hanya memberi solusi atas permasalahan di lapangan, tetapi juga mencetak prestasi sebagai juara pertama lomba desain alat dan mesin pertanian dalam Pekan Teknik Pertanian ke IX di Aceh.
Bukan cuma membuat roller silinder, sebelumnya Ruri bersama timnya berusaha mencari teknik yang paling efisien agar serabut kelapa dapat terlepas secara otomatis melalui kerja mesin. Akhirnya, jadilah alat pengupas serabut kelapa yang prinsip kerjanya menggunakan putaran motor yang diteruskan ke speed reductor.
“Putaran di speed reductor akan dikurangi, sementara tenaganya akan diperbesar lalu diteruskan ke sproket berantai sehingga dapat memutar roller yang dipasang di mata pengupas. Roller ini yang kemudian akan memisahkan kelapa dari serabutnya dengan sempurna,” jelas Ruri.
Ruri secara mantap mengatakan bahwa banyak temuan-temuan dari kampus politeknik yang bermanfaat banyak bagi masyarakat sekitar.
“Yang penting, kita sebagai mahasiswa politeknik harus peka terhadap permasalahan yang ada di masyarakat sehingga bisa berkarya untuk memberikan solusi teknis dari permasalahan tersebut,” ujarnya.
Berprestasi berkat kegigihan
Minat dan kesungguhan Ruri terhadap bidang pertanian kerap membuatnya menghasilkan prestasi. Salah satunya adalah terpilih sebagai salah satu mahasiswa yang akan berangkat magang selama satu tahun di Jepang.
Nantinya, di sana ia akan bekerja di perusahaan produksi umbi dan akan bertanggungjawab di area pengolahan lahan industri. “Saya sangat bersemangat untuk mengikuti program magang ini dan akan belajar banyak hal untuk dapat dibawa kembali ke Indonesia,” cetusnya.
Walau begitu, ada banyak tantangan yang mesti Ruri lalui sebelum dapat mengaktualisasikan dirinya secara optimal. Bahkan, ia sempat terancam tidak bisa lanjut kuliah akibat usaha orang tuanya yang mengalami kebangkrutan.
Bagaimana pun, usai lulus dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pertanian Terpadu Riau, Ruri tetap didorong oleh guru-gurunya untuk masuk ke Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh melalui jalur Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK).
Akhirnya, Ruri pun diterima dan merantau dari Riau ke Payakumbuh, Sumatera Barat. Melihat potensi Ruri yang besar untuk berkembang di bidang pertanian, gurunya pun memberi pinjaman uang sebagai modal awal kuliah.
Di tengah kondisi keuangan yang sulit, Ruri terus berupaya untuk beradaptasi dan memotivasi diri sendiri agar bisa membahagiakan orangtuanya.
Supaya dapat memenuhi kebutuhan hariannya, Ruri pun berusaha mendapatkan uang dengan bekerja membersihkan kebun hingga mengikuti berbagai kegiatan kepanitian di kampus tanpa mengganggu jadwal kuliahnya.
Sepanjang masa kuliah, prestasi akademiknya tetap cemerlang sambil aktif berpartisipasi di organisasi Mahasiswa Pecinta Alam. Tak hanya itu, ia pun semakin banyak mengikuti lomba-lomba terkait inovasi teknologi pertanian yang diselenggarakan kampus maupun di luar kampus.
Bagi Ruri, rencana besar ke depan sekaligus cita-citanya adalah ingin membuka usaha kuliner yang selalu menjadi kecintaannya sejak kecil. Menurutnya, usaha kuliner dan pertanian adalah hal yang saling melekat satu sama lain.
“Saya ingin usaha kuliner ini bisa didukung bahan-bahan berkualitas yang bersumber dari lahan yang dikelola dengan teknologi pertanian yang baik. Semoga cita-cita ini bisa tercapai,” ujar Ruri.
Dukungan untuk pendidikan politeknik
Pertanian merupakan sektor yang menjadi perhatian khusus dunia pendidikan politeknik, mengingat Indonesia perlu memastikan kecukupan dan ketahanan sistem pangannya.
“Pendidikan politeknik harus betul-betul relevan dengan kondisi lapangan sehingga dapat menghasilkan lulusan yang kompeten,” jelas Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Dr. Paristyanti Nurwardani saat mengomentari terobosan yang dilakukan oleh Ruri.
[Baca juga: Ponsel Jadi Alat Atur Hemat Listrik di Tangan Mahasiswa Politeknik!]
Karena itu, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) menggagas Program Pengembangan Pendidikan Politeknik atau Polytechnic Education Development Project (PEDP) yang didukung oleh Asian Development Bank dan Pemerintah Kanada demi meningkatkan akses dan kualitas pendidikan politeknik di Indonesia.
Melalui program PEDP, langkah strategis untuk diimplementasikan sepanjang 2012-2019 antara lain meningkatkan kualitas dan relevansi sistem pendidikan politeknik, meningkatkan akses yang lebih merata terhadap layanan pendidikan politeknik, meningkatkan keterlibatan sektor swasta, meningkatkan promosi terhadap budaya kewirausahaan untuk memperkuat daya saing lulusan politeknik, serta memperkuat tata kelola dan manajemen pendidikan politeknik.
“Kami mendorong politeknik untuk bekerjasama dengan praktisi atau industri agar mengasah kapasitas mahasiswa. Jadi, begitu mereka lulus, industri langsung dapat memanfaatkan mereka seoptimal mungkin,” imbuh Dr. Paristyanti.
Selain sektor pertanian, PEDP juga fokus pada sektor manufaktur, infrastruktur, pertambangan dan pariwisata.
Lebih jauh lagi, PEDP pun mendorong terbentuknya Center of Technology (COT) di institusi-institusi politeknik. COT menjadi pusat bagi kegiatan penelitian, pelatihan, inversi, inovasi serta terapan-terapan lain yang tidak dilakukan oleh industri sehingga dapat memberi nilai tambah bagi dunia industri yang dapat terintegrasi.
“Riset-riset yang dilakukan oleh politeknik berpotensi untuk ditindaklanjuti menjadi gagasan kerja, produk maupun jasa yang aplikatif. Ini merupakan satu lagi sumbangsih nyata pendidikan politeknik kepada pasar industri,” tutup Dr. Paristyanti.