Kompas.com - 23/03/2018, 09:03 WIB
Kurniasih Budi,
Dimas Wahyu

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hari itu, sepulang sekolah, Ibnu Rizky Indra Daniswara mengambil gadget yang disimpan di kamarnya. Ia lalu sibuk membuka aplikasi dari sebuah startup lokal penyedia layanan dan konten pendidikan berbasis teknologi.

Hal tersebut dia lakukan setelah guru di kelasnya mengajarkan operasi bilangan pecahan. Beberapa hal yang belum dipahami di kelas tadi, ia telusuri lewat video yang bisa diakses lewat aplikasi tersebut. Siswa kelas V SD Negeri Pondok Ranggon 01 Jakarta Timur ini memang terbiasa mencari materi pelajaran yang belum dipaparkan gurunya lewat gadget.

Perkenalannya pada gadget terjadi dua tahun lalu. Saat itu, siswa yang kini berusia 11 tahun ini mulai mengutak-atik ponsel Android milik ayahnya. Melihat minat belajar putranya yang tinggi, sang ayah lantas menyediakan sebuah tablet baru. Alhasil, Indra makin sering belajar dengannya.

“Belajar dengan tablet itu lebih menyenangkan. Layar yang lebih lebar membuat materi pelajaran lebih nyaman dilihat,” begitu kira-kira kata Indra.

Lebih dari itu, dia berujar, tablet juga ringan sehingga mudah dibawa ke mana pun. Ia juga merasa lebih mudah mengetik saat mengerjakan latihan soal Matematika dari aplikasi.

Belajar dari kisah di atas, siswa-siswi pun sebenarnya bisa meniru atau mencoba cara Indra belajar bila kesulitan mempelajari Matematika.

Mata pelajaran yang kerap menjadi momok bagi pelajar Indonesia itu sebenarnya tak diminati bukan karena sulitnya materi. Kerap kali, metode pengajaran di kelas kurang tepat sehingga siswa kesulitan menyerap materi yang disampaikan.

Padahal, sejatinya, pelajar Indonesia punya prestasi yang mengharumkan nama bangsa dalam Olimpiade Matematika Internasional. Dalam ajang India International Mathematical Competition (InIMC) di Lucknow, India, tahun lalu, pelajar Indonesia berhasil merebut satu medali emas, tiga medali perak, dan dua medali perunggu.

Dengan pesatnya perkembangan teknologi saat ini, siswa di Indonesia berpeluang besar untuk mumpuni di bidang Matematika atau bidang-bidang lainnya yang mereka minati. Seperti yang dilakukan Indra, siswa-siswa di Indonesia juga bisa belajar secara mandiri.

Para pelajar bisa memanfaatkan teknologi yang dekat dengan kehidupan harian mereka untuk belajar, seperti pada Samsung Smart Learning Class.  

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy saat meninjau Samsung Smart Learning Class di SMA Pangudi Luhur Jakarta, Selasa (20/3/2018)Mikhael Gewati Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy saat meninjau Samsung Smart Learning Class di SMA Pangudi Luhur Jakarta, Selasa (20/3/2018)

Di kelas tersebut, mereka dapat menggunakan tablet yang sudah terkoneksi internet dan terpasang e-learning beberapa pelajaran. Sementara itu, guru berperan penting sebagai pendamping untuk memastikan para siswa menggunakan perangkat secara tepat dan sehat.  

Dengan begitu, siswa bisa lebih proaktif dan dapat memaksimalkan segenap potensi diri dalam memahami materi pelajaran. Belajar Matematika pun karenanya tak lagi menghantui siswa.


komentar di artikel lainnya
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com