Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Profesi QS Sepi Peminat, Ramai Permintaan

Kompas.com - 07/05/2018, 17:44 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

 

KOMPAS.com - Mungkin belum banyak yang mengenal profesi QS atau Quantity Surveyor . 

QS adalah orang yang bertanggung jawab dalam membuat estimasi biaya proyek pembangunan, pengendalian biaya konstruksi dan administrasi kontrak dan arbitrator. 

Quantity Surveyor awalnya merupakan profesi yang hanya dikenal di negara-negara persemakmuran (Commonwealth) seperti Malaysia, India, Australia hingga New Zealand dan Inggris sendiri. 

QS memegang peran penting di dalam pembangunan konstruksi karena dialah yang menghitung biaya proyek. Kesalahan yang dilakukan oleh QS bisa berakibat fatal seperti kerugian finansial bahkan proyek mangkrak akibat salah hitung estimasi biaya. 

Baca juga: Apa Jadinya Indonesia Tanpa Wirausaha

Indonesia membutuhkan banyak sekali tenaga QS untuk mendukung proyek-proyek pembangunan yang sedang digalakkan baik oleh pemerintah maupun swasta. 

Meski dibutuhkan nyatanya profesi ini sepi peminat. Penyebabnya jelas. Minimnya informasi tentang QS.

Suasana seminar Quantity Surveying Education in Indonesia and Overseas ? the Supply and Demand yang diadakan Podomoro University (6/5/2018)Dok. Podomoro University Suasana seminar Quantity Surveying Education in Indonesia and Overseas ? the Supply and Demand yang diadakan Podomoro University (6/5/2018)

Dengan tujuan ingin lebih memperkenalkan profesi QS, Podomoro University menyelenggarakan seminar internasional dengan tema "Quantity Surveying Education in Indonesia and Overseas – the Supply and Demand."

Seminar diadakan di area 'Indonesia Building Technology Expo'  ICE BSD City tanggal 6 Mei 2018 lalu.

Dalam pemaparan para pembicara terungkap fakta belum banyak perguruan tinggi Indonesia yang benar-benar fokus menyiapkan QS yang profesional dan berstandar internasional.

Universitas Bung Hatta di Padang adalah universitas pertama yang memiliki program studi (prodi) QS dengan nama Teknik Ekonomi Konstruksi sejak tahun 2002.

Disusulkan dengan Podomoro University dengan prodi Manajemen Rekayasa Konstruksi. Total profesional QS yang dihasilkan oleh universitas tersebut baru mencapai 388 orang. Sedangkan kebutuhan QS di Indonesia adalah 8.800 orang.

Kondisi ini sangat jauh berbeda dengan Malaysia. Di Malaysia terdapat 7 universitas negeri dan 10 universitas swasta yang menyelengarakan prodi QS. Setiap tahun mereka menghasilkan 500 QS per tahun.

Padahal jumlah penduduk Malaysia dan volume proyek konstruksi bangunan jauh lebih kecil dibanding Indonesia.

Langkanya tenaga lokal QS  Indonesia menyebabkan masuknya tenaga asing mengisi kekosongan ini.

Kesenjangan ini tentunya merupakan peluang bagi lulusan SMA atau SMK untuk melirik profesi QS. 

Oleh karena itu perguruan tinggi di Indonesia perlu segera merespon kesenjangan ini dengan mendidik lebih banyak lagi QS handal berstandar internasional.

Beberapa pembicara hadir dalam seminar ini diantaranya Dr. Ir. Paristyanti Nurwardani (Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristek RI), SR Permadi Soemarahatianto MRICS (Dewan Pengawas IQSI).

Tampil pula menjadi pembicara Paul Christian Ariyanto (Direktur Agung Podomoro Land) dan Prof. Zakaria Moch. Yusof (Associate Professor UTM Malaysia), Dr. Zulherman (Universitas Bung Hatta Padang) dan Ferdinand Fassa (Podomoro University).

Seminar ini dibuka oleh Sani Heryanto, S.T., M.T (Dekan Fakultas Teknik Podomoro University).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com