KOMPAS.com - "Biarkan ulat-ulat itu memecahkan kepompongnya sendiri agar sayap sayap mereka siap mengepak di udara. Jangan coba pecahkan kepompong mereka. Jika itu yang dilakukan, mereka tidak akan sanggup terbang karena tidak cukup kuat sayap mereka karena tidak terlatih."
Demikian ungkapan Andreas Toni, guru mata pelajaran Sosiologi SMA Xaverius 3 Palembang yang membuat video "Surat dari Wali Kelas".
"Saya melihat sudah terjadi pergeseran nilai tentang cara memaknai pendidikan. Banyak orang tua hanya mengejar nilai angka bukan cara dan proses mendapatkannya," jelas Toni saat dihubungi Kompas.com mengenai alasan membuat video ini.
Menurutnya, banyak anak dibebani target yang bukan menjadi keutamaan bakat yang harus dikembangkan dalam diri anak.
Banyak orangtua membuat ukuran dirinya dipakai untuk anak-anak mereka, tambah Toni.
Apakah masih terjadi generasi milenial saat ini?
"Masih dan sangat banyak. Lihat saja, menjamurnya les private merupakan indikasi orangtua masih memaksa anak mengejar prestasi. Les privat bukan dijadikan cara mengembangkan kemampuan anak melainkan dipakai sebagai alat "memaksa" anak untuk bisa memperoleh nilai tinggi," jelas Toni yang sudah 18 tahun menjalani panggilan sebagai guru.
Baca juga: VIDEO: Stigma Namun Tetap Mencintai Keberagaman Indonesia
Seharusnya kembangkan bakat anak yang menonjol bukan memaksakan pelajaran yang bukan menjadi kompentensinya.
Tetapi hal ini juga didukung oleh kebijakan pemerintah ttg beban belajar yg terkesan dipaksakan untuk dikuasai.
Toni menambahkan hal ini tentu saja perlu mendapat dukungan dari pemerintah.
"Kurikulum 2013 sudah ada pelajaran peminatan dan lintas minat. Namun terkadang di beberapa sekolah untuk memenuhi jam sertifikasi guru, lintas minatnya dipaksakan mengambil bidang studi tertentu yang sesungguhnya bukan minat anak," ungkap Toni.
Termasuk soal HOTS (High Order Thinking Skills) yang dibuat oleh pemerintah itu di luar kemampuan siswa.
"Indonesia itu dari Sabang sampai Merauke, kota dan pinggiran kedalaman materi berbeda beda. Tetapi isi kepala dibuat sama. Alat ukurnya tak cocok," kata Toni.
Hal inilah yang kemudian membuat orang tua punya keinginan lebih agar anaknya jangan sampai mereka gagal dalam studi. Akhirnya, anak yang menjadi korban.
Melalui video "Surat dari Wali Kelas" ini, Toni ingin mengajak orangtua untuk mengijinkan anak memilih dan berkembang di zaman mereka.
Ini zaman mereka. Bukan milik guru atau orangtua. Jika mereka gagal biarlah mereka belajar dari kegagalannya sekarang. Bukan nanti setelah mereka dewasa. Terlambat.
Biarkan potensi yang ada pada mereka dikembangkan oleh mereka sendiri . Jangan paksa anak untuk mengikuti kemauan orangtua.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.