"Kurikulum 2013 sudah ada pelajaran peminatan dan lintas minat. Namun terkadang di beberapa sekolah untuk memenuhi jam sertifikasi guru, lintas minatnya dipaksakan mengambil bidang studi tertentu yang sesungguhnya bukan minat anak," ungkap Toni.
Termasuk soal HOTS (High Order Thinking Skills) yang dibuat oleh pemerintah itu di luar kemampuan siswa.
"Indonesia itu dari Sabang sampai Merauke, kota dan pinggiran kedalaman materi berbeda beda. Tetapi isi kepala dibuat sama. Alat ukurnya tak cocok," kata Toni.
Hal inilah yang kemudian membuat orang tua punya keinginan lebih agar anaknya jangan sampai mereka gagal dalam studi. Akhirnya, anak yang menjadi korban.
Melalui video "Surat dari Wali Kelas" ini, Toni ingin mengajak orangtua untuk mengijinkan anak memilih dan berkembang di zaman mereka.
Ini zaman mereka. Bukan milik guru atau orangtua. Jika mereka gagal biarlah mereka belajar dari kegagalannya sekarang. Bukan nanti setelah mereka dewasa. Terlambat.
Biarkan potensi yang ada pada mereka dikembangkan oleh mereka sendiri . Jangan paksa anak untuk mengikuti kemauan orangtua.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.