Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Tiga Calon "Start Up" Indonesia Versi Samsung!

Kompas.com - 27/07/2018, 17:44 WIB
M Latief,
Sri Noviyanti

Tim Redaksi


YOGYAKARTA, KOMPAS.com -
Tiga calon pengusaha rintisan atau start up Indonesia, yakni MOI, Majapahit tech, serta Ailesh Power menjadi juara pertama, kedua, dan ketiga pada seleksi final Global Startup Acceleration Program (GSAP) di Kampus Universitas Gadjah Mada, Jumat (27/7/2018).

Ketiga pemenang tersebut masing-masing meraih hadiah 3.000 dollar AS, 2.000 dollar AS, dan 1.000 dollar AS. Sebelumnya mereka sudah lolos seleksi yang pendaftarannya dibuka sejak Mei 2018 lalu dan mencapai 150 proposal bisnis.

Dari jumlah tersebut, proposal kemudian diseleksi sampai berjumlah 50. Lalu, 50 proposal itu dikirim ke Korea dan diciutkan menjadi 23.

"Setelah itu mereka ikut pelatihan selama 5 hari untuk dipilih jadi 12 sampai maju ke final hari ini untuk mempresentasikan ide bisnisnya dan dipilih sebanyak tiga pemenang," ujar JaeHoon Kwon, Presiden Samsung Electronics Indonesia.

Pelatihan atau mentoring itu sendiri di bawah bimbingan 32 karyawan Samsung dari Korea. Dari hasil pelatihan itu, ketiga pemenang akan mendapatkan pembinaan lanjutan secara online selama 6 bulan dan berkesempatan mengikuti kompetisi berskala Asia Pasifik.

Tiga calon pengusaha rintisan atau start up Indonesia pada seleksi final Global Startup Acceleration Program (GSAP) di Kampus Universitas Gadjah Mada, Jumat (27/7/2018).KOMPAS.com/LATIEF Tiga calon pengusaha rintisan atau start up Indonesia pada seleksi final Global Startup Acceleration Program (GSAP) di Kampus Universitas Gadjah Mada, Jumat (27/7/2018).

"Mereka akan bersaing dengan peserta GSAP negara lain, yaitu India, Malaysia, serta Afrika Selatan," kata JaeHoon.

JaeHoon menjelaskan, GASP merupakan bagian dari program Samsung Employee Volunteer Program (EVP) atau program aksi sosial karyawan Samsung. Berkolaborasi dengan Universitas Gadjah Mada, GSAP dijadikan program pembinaan para mahasiswa maupun usia pekerja yang sedang merintis usaha start up kurang dari 2 tahun.

Hari Sungkiri, Deputi Infrastruktur Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), mengatakan bahwa untuk mendorong pertumbuhan start up digital yang dicanangkan Pemerintah Indonesia sebagai gerakan nasional 1.000 start up tidak bisa dilakukan sendiri oleh pemerintah, tapi juga banyak pihak, terutama swasta dan akademisi perguruan tinggi.

Sinergi itu dibutuhkan agar pelaku bisnis Indonesia bisa lebih teredukasi dan termotivasi untuk mengembangkan bisnisnya.

"Unggulan penghasil PDG tertinggi dari sektor ini adalah kuliner, kriya dan fesyen, dan kemudian disusul oleh film, aplikasi dan musik. Makanya, kami harus siapkan inkubasi ekonomi kreatif ini dengan saling bersinergi,karena nantinya para pebisnis start up dari sektor ekonomi kreatif ini harus bisa memberikan atau sharing nilai tambah lain, misalnya HAKI, tidak cuma nilai ekonomi dari bisnisnya saja," ujar Hari.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com