UGM: Membumikan Pancasila di Generasi Muda Indonesia

Kompas.com - 24/08/2018, 23:30 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com -  Universitas Gadjah Mada (UGM) menggelar Kongres Pancasila di Balai Senat UGM, 23-24 Agustus 2018 dengan tema ""Pancasila, Ideologi Pemersatu Bangsa dan Dunia".

Acara diisi dengan beragam diskusi panel dan mengundang pembicara di antaranya; Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila Mahfud MD, beberapa duta besar dan rekanan universitas luar negeri. 

1. Pancasila dan generasi muda

Salah satu sub tema yang diangkat adalah "Pancasila dan Generasi Muda" yang menghadirkan beberapa tokoh muda untuk berbagi pandangan mereka tentang Pancasila.

"Membumikan Pancasila bisa dimulai dari hal-hal kecil dan sederhana, seperti memakai pakaian adat, alat musik hingga makanan," ujar sutradara muda Hollywood dari Indonesia, Livi Zheng, saat menjadi salah satu pembicara dalam Kongres Pancasila X di balai Senat UGM, Jumat (24/8/2018).

Menurut Livi keberagaman Indonesia dalam etnis dan budaya tersebut merupakan contoh nyata Pancasila yang ada di tengah masyarakat. Kekuatan Indonesia ada pada keberagaman tersebut, kata Livi yang pada 18 Agustus lalu turut ambil bagian membawa obor Asian Games.

Baca juga: UGM Kirim Tim Medis, Psikologi dan Teknik Sipil untuk Gempa Lombok

Ia mengatakan dengan kemajuan teknologi saat ini maka akan mudah untuk mengangkat dan mempromosikan keberagaman Indonesia di tingkat dunia. 

“Misalnya dalam film Bali Beats of Paradise, saya memperkenalkan gamelan di sana,” ujar wanita kelahiran Blitar itu.

Banyak film Livi yang mengangkat sisi kemanusiaan, keberagaman, dan keindahan Indonesia. Termasuk film "Amazing Blitar" yang diluncurkan di Los Angeles Mei lalu mengangkat keberagaman agama, etnis dan budaya di Indonesia.

Film Amazing Blitar juga ditayangkan di kampus-kampus di Amerika Serikat seperti Yale University dan University of California Los Angeles (UCLA).

2. Pancasila bukan slogan

Sementara itu, Ketua BEM UGM, Obed Kresna Widyapratistha, sepakat jika Pancasila tidak hanya dipahami nilai-nilai luhurnya namun juga harus dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. “Pancasila bukan hanya jadi slogan tapi harus dipraktikkan,” tegas Obed dikutip dari laman resmi UGM.

Di sisi lain, Wakil Ketua Forum Rektor Indonesia, Prof. Dr. Sutarto Hadi, menilai generasi muda saat ini minim pemahamannya terhadap nilai-nailai Pancasila. Akibatnya, mereka mudah terseret menjadi figur individualis dan tidak punya pegangan dalam arus informasi yang kian terbuka.

Untuk itu, penting mengomunikasikan gagasan tentang Pancasila, khususnya melalui perguruan tinggi, dengan desain dan metode yang mudah ‘dicerna’ generasi milenial. “Instrumennya sudah ada, lembaga dan landasan hukum sehingga tidak perlu menambah lembaga baru,” tutur Sutarto.

Rekomendasi Kongres Pancasila yang berlangsung dua hari ini memunculkan beberapa rumusan rekomendasi. Rekomendasi tersebut diantaranya:

  • Sosialisasi sistematis Pancasila secara kelembagaan mengingat posisi Indonesia sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB
  • Pelajaran sejarah, geografi dan budaya perlu diajarkan sejak pendidikan dasar hingga tinggi secara intensif, sistematis dan terstruktur.
  • Penguatan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP).
  • Mempromosikan lebih intensif Indonesia dan Pancasila di kancah dunia serta
  • Memfasilitasi generasi muda dalam memperkuat posisi Pancasila
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau