KOMPAS.com - Permainan interaktif elektronik atau games sudah sangat akrab bagi anak-anak dengan aneka ragam jenis permainannya. Permainan interaktif elektronik merupakan permainan yang biasa dimainkan melalui media elektronik, seperti komputer, alat konsol dan telepon pintar (smartphone).
Penggunanya juga beragam, dari anak usia 3 tahun hingga usia dewasa. Jenis-jenis permainannya juga beragam, ada permainan aksi, petualangan, strategi, puzzle, simulasi, olahraga atau edukasi.
Dari beberapa jenis permainan tersebut, ada beberapa permainan yang tidak sesuai dengan usia anak. Karena itulah, perlu pendampingan orang tua dalam memainkannya.
Orang tua sebaiknya memahami isi permainan interaktif yang biasa dimainkan anak. Orangtua juga perlu waspada jika isi permainan mengandung gambar atau unsur seperti rokok, minuman keras, narkoba, kekerasan, darah, mutilasi, kanibalisme, pornografi, penyimpangan seksual, judi, horor atau penggunaan bahasa kasar.
Baca juga: Berapa Durasi Tidur Anak Cerdas?
Berdasarkan forum Sahabat Keluarga Kemendikbud, berikut beberapa hal yang bisa diperhatikan orang tua saat mendampingi anak dalam permainan interaktif elektronik
Permainan edukasi dan simulasi dapat mengembangkan kemampuan berpikir anak seperti meningkatkan kemampuan memecahkan masalah, meningkatkan daya tanggap, mengenal gerak, gambar dan bunyi, membantu melatih daya ingat, serta meningkatkan kreativitas
Permainan puzzle dapat meningkatkan motivasi anak, seperti, membantu meningkatkan kepercayaan diri, membantu menyadari bahwa untuk mencapai suatu hasil memerlukan proses semakin sering berlatih akan semakin menguasai. Permainan puzzle juga dapat melatih anak untuk tidak mudah menyerah.
Jenis permainan tertentu dapat memengaruhi sosial dan emosi, seperti membantu memperbaiki suasana hati menjadi lebih positif, mengurangi kecemasan dan menjadi lebih santai, membantu anak menjalin kerja sama untuk mencapai satu tujuan dan menumbuhkan sifat bersaing yang sehat.
Masalah kesehatan anak yang muncurl karena terlalu sering atau lama bermain game, antara lain, tubuh mudah lelah akibat kurang tidur, kegemukan akibat kurangnya kegiatan fisik atau kebiasaan ngemil sambil bermain game, sakit mata akibat terlalu lama menatap layar, serta berat badan anak yang terlalu kurus akibat lupa makan atau menurunnya nafsu makan.
Bermain game yang mengandung kekerasan secara berlebih dapat memengaruhi perilaku anak, seperti, berperilaku menyakiti orang lain baik di rumah maupun di sekolah. Anak juga menjadi mudah marah.
Banyak waktu yang digunakan untuk bermain game menjadikan anak kurang bergaul dengan orang lain sehingga membentuk perilaku anak, seperti, senang menyendiri, tidak nyaman bergaul, kurang percaya diri, serta kurang dapat memahami perasaan orang lain.
Terlalu sering bermain game tidak hanya menyita waktu belajar, tetapi juga dapat menurunkan konsentrasi belajar anak. Hal tersebut dapat mengakibatkan menurunnya prestasi belajar anak di sekolah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.