KOMPAS.com - Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya bekerjasama dengan pemerintah Kanada memberikan beasiswa program Risk Management, Economic Sustainability, and Actuarial Science Development in Indonesia (Readi) 2018.
Beasiswa ini diberikan khusus bagi mahasiswa Fakultas Matematika, Komputasi dan Sains Data (FMKSD). Tahun ini, sebanyak 28 mahasiswa mendapat beasiswa Readi berasal dari Departemen Matematika dan Departemen Statistika masing-masing 10 orang, serta Departemen Aktuaria sebanyak delapan orang.
“Jumlah tersebut meningkat dibandingkan tahun lalu yang memfasilitasi 18 orang,” tutur Dekan FMKSD, Prof Basuki Widodo saat acara penyerahan beasiswa di Kampus ITS, Selasa (18/9/2018).
Baca juga: Wisuda ITS, 20 Persen Wisudawan Lulus Cum Laude
Guru Besar yang dilantik tahun 2008 ini menjelaskan, Readi adalah proyek pengembangan kompentensi aktuaria di Indonesia yang didanai sepenuhnya oleh pemerintah Kanada. Tujuan dari program ini adalah untuk mencetak lebih banyak lagi aktuaris handal dari Indonesia.
“Kami mendapatkan informasi langsung dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bahwa Indonesia masih kekurangan ahli dalam bidang aktuaria, kebanyakan tenaga ahli dalam bidang tersebut selama ini direkrut dari luar negeri,” terangnya.
Ia menambahkan, selain ITS terdapat 8 perguruan tinggi lain di Indonesia yang menjadi bagian dalam kerjasama proyek Readi ini. Adapun University of Waterloo, Kanada berperan sebagai partner penelitian dari pihak pemerintah Kanada.
Di antara sembilan universitas tersebut, menurut Basuki, ITS adalah satu-satunya yang telah berhasil mengembangkan keilmuan aktuaria hingga tahap menjadi Departemen Aktuaria. Untuk perguruan tinggi lain masih dalam tahap pengembangan awal, yakni berupa program studi (Prodi) di bawah departemen lain.
“Hal ini menjadikan ITS sebagai satu satunya perguruan tinggi di Indonesia yang memiliki Departemen Aktuaria,” ulas dosen Matematika ini.
Menurut Basuki, Kanada sendiri merupakan negara yang memelopori keilmuan aktuaria. Besarnya potensi pasar aktuaria di masa depan, membuat pemerintah Kanada tertarik untuk mengembangkan juga keilmuan tersebut di Indonesia.
Dikatakan Basuki, Indonesia memiliki peluang yang sangat besar sebagai pasar tenaga aktuaria, yang mana hanya bisa terwujud jika terdapat banyak aktuaris. “Timbal balik yang diharapkan oleh pemerintah Kanada dalam kerjasama ini bersifat jangka panjang, yakni ketika ekosistem aktuaria telah tercipta di Indonesia,” ungkapnya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.