Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Rumus Bulungan Hadapi Rendahnya Keterampilan Baca Siswa

Kompas.com - 02/12/2018, 14:57 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara (Kaltara), menghadirkan 3 solusi menghadapi rendahnya keterampilan membaca siswa SD Indonesia.

Ketiganya solusi itu terintegrasi melalui suplai buku, peningkatan kapasitas guru dan layanan khusus bagi siswa yang lamban membaca.

“Terampil membaca adalah kunci bagi anak untuk bisa belajar mata pelajaran apa saja. Kalau anak tidak bisa membaca, maka Ia akan kesulitan belajar dan berkembang,” terang Sudjati, Bupati Bulungan saat menjadi pembicara acara Temu INOVASI di Gedung A Kemendikbud, Jakarta (Rabu, 28/11/2018).

1. Pasokan buku anak

Sudjati mengatakan, usaha menumbuhkan minat membaca harus diikuti dengan pasokan buku. Buku yang sesuai minat anak, merupakan kunci agar anak senang membaca. Anak-anak lebih tertarik dengan buku-buku gambar, buku cerita, komik, buku sains dan lainnya.

“Jika akan sudah senang membaca, maka mereka akan lebih banyak membaca. Itu akan mempercepat peningkatan keterampilan membaca anak,” tambahnya.

Baca juga: Program Kirim Buku Gratis Terhenti, Jokowi Dipetisi Pegiat Literasi

Mulai awal 2018, Bulungan sudah memulai program suplai buku non pembelajaran. Pemniayaan ditanggung APBD Bulungan melalui Biaya Operasional Sekolah Daerah (BOSDA). Setiap sekolah dapat membeli sedikitnya lima judul buku yang bisa membangun imajinasi dan karakter anak.

Layanan ini memberikan manfaat langsung kepada 24 ribu siswa SD dan SMP. Kebijakan suplai buku Bulungan ini merupakan kebijakan pertama di Indonesia. Lebih lanjut Sudjati mengatakan, membaca akan membuat anak memiliki mental alertness, daya tangkap, kreativitas, logika berpikir yang baik dan membentuk karakter positif.

Buku-buku non pembelajaran dibutuhkan untuk membangun imajinasi dan karakter anak. Imajinasilah yang menuntun anak membuat penemuan-penemuan hebat di masa depan.

“Dan karakter akan membuat mereka bisa dan berhasil bekerjasama dengan banyak orang,” terang mantan Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Bulungan ini.

2. Peningkatan mutu guru

Sedangkan untuk peningkatan mutu guru, Bulungan mengembangkan program Kelompok Kerja Guru (KKG). Kepala sekolah, pengawas dan guru dilatih secara berkelanjutan agar kapasitasnya meningkat.

KKG mandiri didesain dengan memperhatikan empat aspek yaitu modul, metode, fasilitator dan pembiayaan. “Kami menggunakan modul dan metodologi pelatihan yang sudah teruji, fasilitator terlatih dan pembiayaan yang berkelanjutan. Ini adalah empat kekuatan dari model KKG yang kami kembangkan,” tutur Sudjati.

Mengingat kondisi geografis Bulungan yang terdiri dari perkotaan, pedesaan dan pedalaman, maka program KKG dirancang secara bertingkat. Kepala sekolah, pengawas dan guru terbaik direkrut dari masing-masing gugus untuk dilatih menjadi fasilitator.

Setelah mengikuti Training of Trainers, para fasilitator akan melakukan pelatihan serupa digugus masing-masing. Mereka juga dikirim ke sekolah-sekolah guna mendampingi guru mengimplementasikan hasil pelatihan.

Pendekatan ini membuat pelatihan guru menjadi efesien dan efektif. ”Tahun 2018 semua SD di Bulungan akan mendapatkan pelatihan melalui KKG,” tambah Sudjati.

3. Layanan khusus anak lamban membaca

Bupati Bulungan Sudjati memaparkan tiga kebijakan daerahnya dalan menjawab tantangan literasi. Sujdati menjadi pembicara kunci dalam kegatan Temu INOVASI yang digelar Program INOVASI dan Kemendikbud (28/11/2018).Dok. Disdikbud Bulungan Bupati Bulungan Sudjati memaparkan tiga kebijakan daerahnya dalan menjawab tantangan literasi. Sujdati menjadi pembicara kunci dalam kegatan Temu INOVASI yang digelar Program INOVASI dan Kemendikbud (28/11/2018).

Bupati Bulungan Sudjati memaparkan tiga kebijakan daerahnya dalan menjawab tantangan literasi. Sujdati menjadi pembicara kunci dalam kegatan Temu INOVASI yang digelar Program INOVASI dan Kemendikbud (28/11/2018).Dok. Disdikbud Bulungan Bupati Bulungan Sudjati memaparkan tiga kebijakan daerahnya dalan menjawab tantangan literasi. Sujdati menjadi pembicara kunci dalam kegatan Temu INOVASI yang digelar Program INOVASI dan Kemendikbud (28/11/2018).
Bupati Bulungan Sudjati memaparkan tiga kebijakan daerahnya dalan menjawab tantangan literasi. Sujdati menjadi pembicara kunci dalam kegatan Temu INOVASI yang digelar Program INOVASI dan Kemendikbud (28/11/2018).Dok. Disdikbud Bulungan Bupati Bulungan Sudjati memaparkan tiga kebijakan daerahnya dalan menjawab tantangan literasi. Sujdati menjadi pembicara kunci dalam kegatan Temu INOVASI yang digelar Program INOVASI dan Kemendikbud (28/11/2018).
Bupati Bulungan Sudjati memaparkan tiga kebijakan daerahnya dalan menjawab tantangan literasi. Sujdati menjadi pembicara kunci dalam kegatan Temu INOVASI yang digelar Program INOVASI dan Kemendikbud (28/11/2018).Dok. Disdikbud Bulungan Bupati Bulungan Sudjati memaparkan tiga kebijakan daerahnya dalan menjawab tantangan literasi. Sujdati menjadi pembicara kunci dalam kegatan Temu INOVASI yang digelar Program INOVASI dan Kemendikbud (28/11/2018).
Selain suplai buku dan peningkatan kapasitas guru, Bulungan juga memberikan layanan khusus kepada anak yang lamban membaca. Mereka diberikan bantuan khusus dengan menggunakan ragam metode.

Layanan ini diintegrasikan melalui proses pembelajaran dan tambahan waktu belajar. Semua keterampilan yang dibutuhkan guru guna memberikan layanan khusus dilatih melalui KKG.

“Guru-guru harus menyadari bahwa anak-anak di kelasnya tidak semuanya pandai. Oleh sebab itu guru-guru di kelas awal harus membantu anak-anak yang lamban supaya mampu membaca dengan baik sebelum selesai kelas 3," ujar Sudjati.

Ia menjelaskan, kemampuan membaca sangat penting. Jika anak gagal mempunyai kompetensi membaca pemahaman, maka siswa tersebut akan mengalami kesulitan dalam mempelajari mata pelajaran lain di kelas selanjutnya, tegasnya.

Moch. Abduh Kepala Puspendik Kemendikbud mengatakan, tiga kebijakan Bulungan merupakan langkah inovatif.

Dengan dukungan Program Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI), Bulungan telah mampu memanfaatkan potensi daerah untuk menjawab tantangan rendahnya keterampilan literasi di Indonesia.

“Kami semakin yakin bahwa program ini menjadi program unggulan. Baik ditingkat pusat, maupun di tingkat daerah,” tambahnya.

Hasil Assessment Kompetensi Siswa Indonesia (AKSI) Kemendikbud 2016, menunjukkan 46,83 persen siswa kelas 4 SD belum memiliki keterampilan membaca yang baik.

Ini merupakan tantangan yang harus segera dijawab seluruh pemerintah daerah di Indonesia. Terampil membaca merupakan dasar untuk memiliki keterampilan abad 21. Tanpa memiliki keterampilan abad 21, anak-anak Indonesia akan sulit bersaing dan berkembang di era persaingan terbuka ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com