Menepis Kesenjangan Disabilitas lewat Sertifikasi IC3

Kompas.com - 05/12/2018, 21:33 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com -  Pembekalan pengetahuan dasar literasi digital di era saat ini telah menjadi kebutuhan di institusi pendidikan dan korporasi. Namun sayangnya, akses terhadap penguasaan teknologi digital belum dapat dinikmati secara merata, termasuk oleh penyandang disabilitas atau anak berkebutuhan khusus.

Menjawab tantangan tersebut, International Test Center (ITC) bekerjasama dengan Yayasan Pembina Anak Cacat (YPAC) membantu dalam memberikan IC3, sertifikasi literasi digital yang diakui secara internasional.

Sudah 2 tahun ini, ITC bekerjasama YPAC dalam menyelenggarakan sertifikasi IC3 bagi anak binaannya. Sejauh ini sertifikasi literasi digital telah dilakukan YPAC di Jakarta dan Bandung dan sebagian besar peserta tes merupakan penyandang tuna rungu, tuna wicara, dan tuna daksa. 

Sertifikasi berstandar internasional

"Kerja sama ini mendorong peningkatan pemahaman siswa (disabilitas/berkebutuhan khusus) terhadap penting nya informasi teknogi (IT) di masa mendatang. Certification IC3 menambah rasa percaya diri pada kemampuan practice computer bagi mereka untuk bersaing dalam skala international," ujar Bintang Oematan, kordinator kegiatan YPAC kepada Kompas.com.

Rullyana Nur Bianti dari pihak ITC menjelaskan sertifikasi IC3 telah mendapat pengakuan UNESCO dan diperuntukkan untuk semua kalangan, tidak terkecuali bagi para anak berkebutuhan khusus. 

Baca juga: Meracik Asa Jadi Barista bagi Penyandang Disabilitas Intelektual

Ia menjelaskan IC3 memiliki 3 modul mengujikan keterampilan seseorang dalam menggunakan perangkat computer, yaitu Computing Fundamental, Living Online dan Key Application.

"Computing Fundamental menguji tentang perangkat keras komputer (hardware), peripheral, dan trouble shooting, kemudian mengenai software, dan sistem operasi. Living Online menguji tentang jaringan komunikasi dan internet, komunikasi elektronik, dan juga dampak komputer dan internet pada masyarakat," jelas Rully.

Sedangkan Key Application menguji mengenai fungsi program umum, aplikasi Microsoft Word, Excel dan Power Point, tambahnya.

Tidak kalah dengan peserta lain

"Tesnya sendiri berlangsung 50 menit setiap modul. Jadi keseluruhan menghabiskan waktu 2,5 jam dan dilakukan secara online. Tidak hanya pilihan ganda, para peserta juga diuji dalam beragam project seperti dalam modul Key Applicaton," kata Rully.

Rully menceritakan, tidak kalah dengan peserta umum, peserta YPAC banyak meraih skor dengan nilai memuaskan dalam uji sertifikasi ini.

"Semangat mereka menunjukkan keahlian dalam literasi digital yang mereka miliki sangatlah tinggi, hal ini terlihat saat mereka melaksanakan ujian dengan sangat serius dan antusias," lanjutnya.

Bintang Oematan menambahkan tantangan yang dihadapi peserta dari YPAC adalah pendalaman teknis dari pelatihan pengoperasian komputer.

"Kendala lain sangat beragam sesuai hambatan masing-masing siswa, mulai dari bahasa bilingual IC3, pemahaman bahasa indonesia bagi siswa Tunarungu dan singkatnya masa persiapan materi IC3," jelas Bintang.

Membuka kesempatan sama

ITC sendiri sangat mendukung dan menyambut baik kerjasama ini karena sesuai dengan visi ITC yaitu Confidence for Everyone.

"Semoga dengan adanya sertifikasi IC3 ini, para anak-anak berkebutuhan khusus di bawah YPAC dapat lebih percaya diri memasuki dunia kerja baik di perusahaan nasional namun internasional," harap Rully.

Hal senada disampaikan Bintang, "Dengan diadakan sertifikasi ini, para anak didik YPAC dan para pengajar dapat mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam pengetahuan penguasaan literasi digital." 

Ia menambahkan sertifikasi IC3 dapat dijadikan sebagai dokumen pendukung saat para siswa YPAC melamar pekerjaan nantinya. 

"Saya sangat berharap sertifikat IC3 dapat disetarakan dengan Ijasah sesuai jurusan keahlian agar penyandang disabilitas yang tidak mampu berkuliah ke perguruan tinggi bisa ikut diberi kesempatan mendapatkan pekerjaan layak," harap Bintang.

Ia menambahkan, "PR" besar kita semua adalah terlibat dalam mendukung kesempatan bagi anak penyandang disabilitas.

"Sosialisasi tentang ragam hambatan disabilitas pun harus terus diedukasikan dan juga  membuka kesempatan mendapatkan kerja layak bagi mereka," tegas Bintang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau