Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 20/01/2019, 14:43 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Medan magnetik bumi bukanlah medan statik akan tetapi medan yang dinamik. Namun berdasarkan laporan dari jurnal Nature 9 Januari 2019, pergerakan medan magnetik bumi kini terjadi dengan cepat meninggalkan Kanada dan menuju Siberia.

Lantas, perlukah kita khawatir akan fenomena tersebut di Indonesia?

Hal tersebut menjadi pokok bahasan Prof. Satria Bijaksana dalam diskusi "Bagaimana Medan Magnetik Bumi Berubah dan Dampak Perubahan bagi Manusia" yang diselenggarakan KK Geofisika Global, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan ITB, Rabu (16/1/2019) di Aula Gedung Kampus ITB, Jawa Barat.

Menurut Prof. Satria yang disampaikan para ilmuan dalam jurnal tersebut sebetulnya adalah hasil observasi mereka yang menunjukkan magnetik bumi berjalan cepat.

2 konsekuensi perubahan

 

"Hal itu menjadikan 2 konsen dari penelitian tersebut, yaitu dari sisi ke praktisan, peta-peta navigasi yang dibuat harus segera diperbarui, dan mereka harus memikirkan penyebab perubahan magnetik itu," kata Prof. Satria dikutip dari laman berita ITB.

Baca juga: Bisa Prediksi Badai, Aplikasi Buatan Dosen ITB Dilirik Arab Saudi

World Magnetik Model digunakan oleh semua sistem navigasi. Model tersebut diperbarui setiap lima tahun sekali. Namun, karena medan magnet telah bergerak begitu cepat, pembaruan diperlukan lebih cepat dari itu.

Namun untuk membuat perubahan peta secara cepat, perlu proses yang panjang dan lama karena memerlukan data dari seluruh dunia.

Dampak bagi Indonesia

"Variasi mengenai medan magnetik bumi memang perlu untuk diketahui namun tidak perlu terlalu dikhawatirkan, sebab Indonesia yang terletak jauh dari kutub magnetik relatif tidak terdampak," ujarnya.

Dampak dari perubahan magnetik bumi yang terbesar akan dirasaka di daerah kutub utara, sebab arah navigasi bergeser.

Dalam diskusi tersebut, Prof. Satria menjelaskan medan magnetik bumi sudah ada setidaknya 4.2 milyar tahun lalu. Medan magnetik bumi ini sangat bermanfaat dalam menentukan arah dalam kompas/navigasi.

Sementara itu, pengukuran intensitas medan magnetik bumi pertama di Indonesia dilakukan oleh de Rossell pada 9 Oktober 1792 di Surabaya dan 9 Mei.

Medan magnet bumi melemah

Saat ini, medan magnetik bumi sedang melemah. Namun tidak perlu menjadi kekhawatiran sebab kemungkinan akan menguat kembali.

"Trennya sekarang medan magnetik itu melemah, namun tak perlu ditakutkan karena itu melemah biasa, kalau dilihat dari rekaman sejak dulu pernah melemah dan naik lagi," katanya.

Dijelaskan Prof. Satria, berdasarkan sejarah, bahwa belum ada kejadian medan magnetik bumi sampai pada angka nol. Akan tetapi, pembalikan medan magnetik pernah terjadi di bumi. Pemicunya, bisa kemungkinan akibat dari tumbukan meteor, jatuhnya lempeng benua ke mantel, atau adanya mantle plume yang baru pada bidang batas antara inti dan mantel bumi.

Gangguan komunikasi satelit

Medan magnetik bumi berperan dalam melindungi bumi dari solar wind atau aktivitas matahari yang menghasilkan radiasi berupa partikel bermuatan sebagian besar proton yang panas dan berenergi tinggi dari matahari. 

"Dengan semakin bergantungnya kita pada telekomunikasi dan komunikasi satelit, maka perlu disadari bahwa mungkin terjadi gangguan akibat interaksi antara medan magnetik bumi dengan solar wind," katanya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com