Menag Imbau Generasi Milenial Pahami Moderasi Agama

Kompas.com - 20/01/2019, 20:42 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin menjadi pembicara di Indonesia Millennial Summit (IMS) 2019 yang digelar IDN Times di Jakarta (19/1/2019)

Ajang ini mengusung tema "Shaping Indonesia's Future" dan dihadiri tidak kurang 1.500-an generasi milenial

Menag Lukman Hakim Saifuddin membawakan tema moderasi beragama yang menjadi salah isu penting generasi milenial.

Menag menilai moderasi beragama menjadi formula ampuh dalam merespon dinamika zaman di tengah maraknya intoleransi, ektremisme dan fanatisme berlebihan yang bisa mencabik kerukunan umat beragama di Indonesia.

Agama untuk kemanusiaan

 

Menag pun mengajak generasi milenial untuk memahami moderasi beragama.

"Kalau melihat agama secara kelembagaan, pastilah kita akan melihat ragam perbedaan. Tapi, agama juga bisa dan mestinya dilihat dari sisi dalam, yaitu: esensi dan subtansinya pada nilai-nilai universal," ujar Menag Lukman Hakim seperti dilansir dari laman resmi Kemenag.

Baca juga: Cara Mona Ratuliu Tanamkan Toleransi pada Anak

"Silahkan mengamalkan ajaran agama, namun jangan menyeragamkannya. Agama butuh wilayah yang damai. Kehidupan yang damai, butuh spritualitas nilai agama," sambung Menag.

Turut hadir sebagai pembicara, Staf Khusus Presiden RI Siti Ruhaini Dzuharyatin dan Alissa Wahid. 

Menag Lukman menambahkan, Kemenag sejak 3 tahun lalu gencar mengusung moderasi beragama. Agama dikatakan Menag pastilah moderat. Agama yang datang dari Tuhan adalah untuk kemanusiaan.

"Cara kita mengamalkan ajaran agama, sebagian kita boleh jadi terjebak pada pengamalan yang berlebihan. Di sinilah peran moderasi beragama untuk mengajak kutub-kutub yang berlebihanan kembali ke tengah," ujar Menag.

Menjaga Indonesia tetap agamis

Hasil kajian Kemenag, lanjutnya, maraknya intoleransi karena pengamalan ajaran agama baru sebatas penekanan formalitas, belum menyentuh nilai-nilai esensial. Nilai itu misalnya, agama tidak semata untuk Tuhan, namun juga untuk manusia itu sendiri.

"Berindonesia hakikatnya beragama dan beragama hakikatnya berindonesia. Agama apapun pasti menekankan pada nasionalisme dan cinta tanah air," tandasnya.

Dalam penutup penyampaian materinya, Menag Lukman mengatakan setiap umat beragama di Indonesia mestinya harus memiliki kesadaran bahwa mengamalkan ajaran agama hakikatnya sedang menjaga keindonesian. Karena Indonesia merupakan negara religius dan agamis, bukan sekuler.

"Kalau saya mengamalkan ajaran agama yang saya anut itu sesunguhnya saya sedang menjaga Indonesia agar tetap agamis. Sebaliknya, jika saya mengamalkan kewajiban sebagai warna negara Indonesia dan patuh pada ketentuan itu sesungguhnya saya mengamalkan ajaran agama," tutup Menag.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau