JAKARTA, KOMPAS.com - Dengan suara lantang, Ronald Arifin mengatakan bahwa dirinya menyukai olahraga lari.
"Pertama, lari itu kan induk dari olahraga yang lainnya," kata siswa SMA Kolese Kanisius Jakarta ini pada Selasa (29/1/2019) di sela-sela peluncuran kegiatan Combi Run Academy (CRA) 2019.
Sementara, Ronald menambahkan, kecintaanya pada olahraga lari dimulai sejak kecil. "Saya suka lari-lari di sekitar kompleks rumah," tutur peraih predikat Best Performance Male CRA 2018.
Olahraga lari, kata Program Director CRA 2019 Yasha Chatab, dalam kesempatan tersebut sudah menjadi olahraga kekinian. Begitu banyak orang dari berbagai kalangan dan usia ikut ambil bagian.
"Lihat saja di acara Car Free Day (CFD). Banyak kan yang (berolahraga) lari," tutur pendiri komunitas lari IndoRunners ini.
Lantas, ikhwal olahraga lari yang punya efek bagus bagi kesehatan remaja diterangkan oleh Medical Expert Combiphar Dr. Sandi Perutama Gani. "Usia remaja menjadi periode penting dalam masa tumbuh kembang manusia," katanya.
Catatan berangka tahun publikasi 2002 menunjukkan gaya hidup sehat sejak usia muda bisa mengurangi 70 persen kematian pada kalangan dewasa. Penyebab kematian itu antara lain penyakit jantung dan paru.
Salah satu bagian penting dari tubuh manusia yang berkaitan langsung dengan gaya hidup sehat dimaksud adalah otak bagian depan atau prefrontal cortex.
Setidaknya, ada dua fungsi prefrontal cortex. Pertama, mematangkan kemampuan mengambil keputusan. "Kedua, mengembangkan kepribadian dan kemampuan bersosialisasi," terang Sandi.
Lebih lanjut, Sandi menambahkan, perkembangan prefrontal cortex mendapat pengaruh dari hormon endorfin.
Produksi hormon ini tak lepas dari tiga elemen yakni gen Deleted Colorectal Cancer (DCC), hormon dopamim, dan hormon kortisol.
Nah, aktivitas fisik rutin, salah satunya berolahraga lari, menjadi pemicu produksi hormon endorfin, penunjang perkembangan prefrontal cortex.
"Olahraga lari secara rutin adalah kegiatan fisik yang direkomendasikan bagi remaja," kata Sandi menegaskan.
"Olahraga lari kan paling mudah dilakukan oleh siapa pun, termasuk remaja masa kini," ujar Sandi mengingatkan.
Perhelatan CRA 2019 adalah kegiatan kali kedua sejak setahun lalu. CRA menjadi perpaduan antara CSR Olahraga Combi Run dan CSR Non-Olahraga Combi HOPE Healthy Living Education.
Pada CRA 2018, ada 15 sekolah di kawasan Jabodetabek yang menjadi peserta.
Vanessa Priska Sutanto dari SMA Mutiara Bangsa 2 Kota Tangerang terpilih menjadi pemenang Kategori Best Improvement CRA 2018.
Kemudian, pemuncak Kategori Best Performance Female CRA 2018 adalah Angela Gabriela Laisina, siswi SMA Negeri 3 Jakarta.
(Baca: Olahraga Lari, Mulailah dengan Rasa Suka...)