Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Timses Harus Waspada, Bisa Ada Fenomena Migrasi Suara di Menit Terakhir

Kompas.com - 24/03/2019, 17:02 WIB
Jessi Carina,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Beberapa hasil survei pernah berbeda jauh dari hasil penghitungan di lapangan dalam beberapa kesempatan pemilu. Contohnya seperti yang terjadi dalam Pilkada DKI 2017, serta Pilkada Jawa Tengah dan Jawa Barat tahun 2018.

Pada Pilkada DKI 2017, pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat diprediksi menang tetapi akhirnya kalah.

Sedangkan, pada Pilkada Jawa Tengah, lembaga survei memprediksi suara Sudirman Said-Ida Fauziah tidak melebihi 20 persen. Namun kenyataannya sampai 40 persen.

Baca juga: Pemilu Sumbang 0,3 Persen ke Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Sementara itu pada Pilkada Jawa Barat, lembaga survei menempatkan pasangan Sudrajat-Syaikhu pada urutan ketiga. Namun pada akhirnya suara yang didapat Sudrajat-Syaikhu melebihi prediksi lembaga survei itu.

Kepala Pusat Penelitian Politik LIPI Firman Noor mengatakan, terkadang memang bisa terjadi fenomena yang tidak bisa ditangkap lembaga survei.

"Pertanyaannya apakah ini didorong hasil survei atau ada faktor lain? Menurut saya peran survei ini tidak terlalu menentukan. Ada faktor lain yang menjadi latar belakang kenapa terjadi migrasi suara," ujar Firman dalam sebuah diskusi di Jalan Cikini, Minggu (24/3/2019).

Baca juga: Polisi Waspadai Gangguan Konvensional Jelang Pemilu 2019

Migrasi suara ini seringkali terjadi di menit-menit terakhir sehingga tidak terbaca oleh lembaga survei.

Faktor pertama adalah karena ketidakpuasan. Bisa saja awalnya mereka merupakan soft voters atau pemilih yang tidak loyal salah satu pasangan calon. Namun, karena tidak puas dengan paslon yang diusung, mereka berubah pilihan pada detik terakhir.

Firman mengatakan fenomena ini juga sering terjadi di kelompok swing voters.

"Yang jelas ini terjadi secara akumulatif dan biasanya terjadi di area swing voters. Mereka fungsinya wait and see. Dia sudah mulai merasakan beberapa hal yang tidak seindah yang disampaikan sehingga dia kemudian mulai berhitung secara rasional," kata Firman.

Baca juga: Pesan Dewan Pers untuk Media Jelang Pemilu 2019

Faktor kedua adalah karakter kandidat. Hal yang selama ini tidak disadari bisa saja memengaruhi dukungan pada detik terakhir.

Misalnya, kata Firman, sikap calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto yang kini lebih humanis.

Lama kelamaan masyarakat menyadari ada sisi Prabowo yang merupakan nilai positif dan akhirnya memengaruhi pilihan mereka.

Baca juga: Wiranto: Ada Pihak Gunakan Cara Kotor Singkirkan Lawan Politik di Pemilu 2019

Faktor ketiga adalah karena mesin politik yang benar-benar bekerja dan keempat adalah program-program yang bagus.

Namun, ada faktor X yang disebut Firman sebagai blessing in disguise. Ini merupakan situasi yang terjadi mendadak dan tidak diprediksi sebelumnya.

Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya

PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

Nasional
ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

Nasional
Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasional
PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

Nasional
Demokrat Tak Ingin Ada 'Musuh dalam Selimut' di Periode Prabowo-Gibran

Demokrat Tak Ingin Ada "Musuh dalam Selimut" di Periode Prabowo-Gibran

Nasional
Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Nasional
Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Nasional
Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Nasional
Gugat Dewas ke PTUN hingga 'Judicial Review' ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Gugat Dewas ke PTUN hingga "Judicial Review" ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Nasional
Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Nasional
Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Nasional
KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

Nasional
PDI-P Sebut Prabowo-Gibran Bisa Tak Dilantik, Pimpinan MPR Angkat Bicara

PDI-P Sebut Prabowo-Gibran Bisa Tak Dilantik, Pimpinan MPR Angkat Bicara

Nasional
Cak Imin Sebut Pemerintahan Jokowi Sentralistik, Kepala Daerah PKB Harus Inovatif

Cak Imin Sebut Pemerintahan Jokowi Sentralistik, Kepala Daerah PKB Harus Inovatif

Nasional
Pemerintah Akan Pastikan Status Tanah Warga Terdampak Erupsi Gunung Ruang serta Longsor Tana Toraja dan Sumbar

Pemerintah Akan Pastikan Status Tanah Warga Terdampak Erupsi Gunung Ruang serta Longsor Tana Toraja dan Sumbar

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com