Presiden Joko Widodo meresmikan transportasi publik moda raya terpadu ( MRT) Jakarta Fase I di kawasan Bundaran Hotel Indonesia (HI), Jakarta Pusat, Minggu (24/3/2019) kemarin.
Dalam peresmian itu, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengucapkan terima kasih kepada sejumlah gubernur DKI pendahulunya.
"Izinkan kami menyampaikan terima kasih kepada para gubernur yang telah ikut mengawal dan mendorong proses MRT ini," kata Anies saat memberikan sambutan.
Anies kemudian menyebut mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso, Jokowi, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, hingga Djarot Saiful Hidayat.
"Para gubernur pendahulu saya, yaitu Bapak Sutiyoso, Gubernur Fauzi Bowo, Gubernur Joko Widodo, Gubernur Basuki Tjahaja Purnama, Gubernur Djarot Saiful Hidayat," katanya.
Lanjutan berita ini bisa dibaca di: MRT Jakarta Diresmikan, Anies Berterima Kasih ke Sutiyoso hingga Ahok
Mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso menceritakan kisahnya 15 tahun lalu saat mulai merealisasikan proyek MRT.
"Pada tahun 2003 saya sudah berpikir bagaimana atasi macet saat itu. Sebab dalam survei yang dilakukan pakar transportasi, saat itu hanya 20 persen kendaraan umum di Jakarta. Sisanya sebesar 80 persen merupakan kendaraan pribadi," kata Sutiyoso, kemarn saat menghadiri persmian MRT.
Ia memaparkan, persentase tersebut belum termasuk kendaraan pribadi yang masuk ke Jakarta dari kota-kota sekitar. Maka saat itu Sutiyoso mengambil langkah untuk studi banding ke beberapa kota di luar negeri, salah satunya adalah Bogota, Ibu Kota Kolombia.
"Saya belajar dari sana, dan bahkan datangkan pakar asal Bugota untuk bekerja bersama pakar transportasi kita. Mengapa Bogota? Karena negara ini persis seperti Jakarta semrawutnya. Tapi mereka bisa selesaikan masalah itu dengan membuat kendaraan umum yang representatif," kata Sutiyoso.
Kendaraan umum representatif menurut Sutiyoso adalah kendaraan pengangkut massal yang aman, nyaman, tepat waktu dan terjangkau. Saat itu, lanjut Sutiyoso, ia membuat 4 perencanaan kendaraan umum representatif.
Sutiyoso juga memberi alasan tentang lamanya proses pembangunan MRT.
"Memang tidak bisa cepat, karena ada risetnya lama. Harus mencari tahu apakah tipe tanah di Jakarta cocok untuk dibangun MRT, lalu mencari investor, sebab ini proyek dengan nilai investasi besar," terangnya.
Lanjutan berita ini silakan baca di: Cerita Sutiyoso soal Mimpinya Bangun MRT Jakarta