Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Begini Cara TM Ragunan Mengembangbiakkan Harimau Sumatera

Kompas.com - 25/03/2019, 09:39 WIB
Jimmy Ramadhan Azhari,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ada 29 ekor harimau sumatera di Taman Margasatwa (TM) Ragunan, Jakarta Selatan. Pengelola Ragunan menyatakan, kebanyakan harimau-harimau yang mereka rawat merupakan hasil pengembangbiakan sendiri.

Bagaimanakah cara TM Ragunan mengawinkan satwa yang berstatus nyaris punah itu?

Muhammad Hafiz Ramadhan (24), perawat harimau sumatera menjelaskan tahapan-tahapan yang dilakukan saat ingin mengembakbiakan harimau sumatera.

"Pertama kami lakukan pendekatan dulu antara harimau jantan dan betina, tapi bukan langsung kami campurkan, tapi kami suruh mereka lihat-lihatan, sekitar dua mingguan," kata Hafiz.

Baca juga: Harimau Sumatra dan Badak Jawa Masuk dalam Logo Baru Lacoste

Kedua harimau tersebut diletakkan di dua kandang terpisah tetapi di tengah-tengahnya ada jeruji pembatas. Harimau jantan dan betina itu bisa melihat satu sama lain.

Hafiz mengatakan, harimau jantan dan harimau betina tidak bisa langsung dicampurkan dalam satu kandang karena sifat soliter satwa itu. Jika langsung disatukan, biasanya keduanya akan bertengkar.

"Walaupun dalam fase lihat-lihatan itu dia sudah akur tapi belum tentu pas disatukan mereka bakal akur," ujar Hafiz.

Penyatuan dua ekor harimau itu dilakukan setelah harimau betina menunjukkan tanda-tanda birahi.

"Iya tanda-tanda dari betina soalnya kalau jantan kapan pun siap, sedangkan kalau betina itu ada waktu-waktunya," ujar Hafiz.

Saat proses perkawinan antara harimau jantan dan betina, biasanya akan dipantau oleh tiga sampai empat orang perawat harimau, ditambah tim dokter hewan guna mengantisipasi apabila terjadi pertengkaran antara kedua binatang tersebut.

Setelah kawin, harimau jantan akan langsung dipisahkan dari betinanya. Karena interaksi antara pawang dan harimau dilarang oleh pihak ragunan, harimau itu dipisahkan menggunakan semprotan air.

Harimau sumatera yang berhasil dibuahi akan mengandung selama 103 hari dan melahirkan dua sampai tiga anak.

Hafiz menerangkan, tak semua harimau bisa dikawinkan.

"Jadi harimau yang dikawinkan itu biasa didatangkan dari tempat lain, terus kami lihat silsilahnya. Dia ada yang sedarah atau gak, kalau sedarah tidak boleh," kata Hafiz.

Harimau Sumatera terlihat di Kebun Binatang Ragunan, Jakarta Timur, Rabu (20/3/2019). Harimau diberi makan daging ayam.KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG Harimau Sumatera terlihat di Kebun Binatang Ragunan, Jakarta Timur, Rabu (20/3/2019). Harimau diberi makan daging ayam.
Ia mengatakan, apabila harimau yang dikawinkan memiliki satu garis keturunan yang sama bisa menyebabkan bayi harimau yang kahir cacat atau dalam kondisi yang lemah.

"Atau misalnya pas lahir dia bagus nih, nanti pas ngedrop (sakit) sudah dia bisa lewat (mati)," kata Hafiz.

Baca juga: Cerita Dwi Suprihadi Merawat Tiga Gorila di Ragunan

Penelusuran silsilah harimau biasanya dilakukan pihak pengelola Taman Margasatwa Ragunan. Sebisa mungkin kedua harimau yang akan dikembangbiakan tak memiliki hubungan kekerabatan.

Saat ini Ragunan belum memiliki rencana untuk mengawinkan harimau sumatera yang ada di kandang-kandang mereka. Namun pengelola baru saja mendatangkan beberapa ekor harimau dari Medan Zoo yang siap untuk dikawinkan dengan harimau-harimau yang sudah ada.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rekam Jejak Chandrika Chika di Dunia Hiburan: Dari Joget 'Papi Chulo' hingga Terjerat Narkoba

Rekam Jejak Chandrika Chika di Dunia Hiburan: Dari Joget "Papi Chulo" hingga Terjerat Narkoba

Megapolitan
Remaja Perempuan Tanpa Identitas Tewas di RSUD Kebayoran Baru, Diduga Dicekoki Narkotika

Remaja Perempuan Tanpa Identitas Tewas di RSUD Kebayoran Baru, Diduga Dicekoki Narkotika

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Buang Puluhan Ton Pepaya | Tante di Tangerang Bunuh Keponakannya

[POPULER JABODETABEK] Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Buang Puluhan Ton Pepaya | Tante di Tangerang Bunuh Keponakannya

Megapolitan
Rute Mikrotrans JAK98 Kampung Rambutan-Munjul

Rute Mikrotrans JAK98 Kampung Rambutan-Munjul

Megapolitan
Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Megapolitan
Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Megapolitan
Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Megapolitan
Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Megapolitan
Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Megapolitan
Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Megapolitan
Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Megapolitan
“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

Megapolitan
Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Megapolitan
Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Megapolitan
Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com