KOMPAS.com - Beberapa siswa Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA) tengah menempuh Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK). Tes telah berlangsung dengan mengujikan materi Bahasa Indonesia, Matematika, dan Bahasa Inggris.
Di media sosial, beberapa siswa ini mengeluhkan tentang susahnya soal Matematika pada UNBK 2019.
Keluh kesah tersebut salah satunya disampaikan di kolom komentar pada unggahan di akun resmi Instagram Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), @kemdikbud.ri.
Wakil Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia Satriwan Salim mengatakan, memang terdapat beberapa pengembangan dari kisi-kisi UN Matematika yang sebelumnya telah diberikan.
"Terkait dengan soal itu, teman-teman siswa mengeluhnya sih memang tahun ini tidak seramai tahun lalu, soal matematika yang HOTS (High Order Thinking Skills) tahun lalu," ucap Satriwan saat dihubungi Kompas.com, Kamis (4/4/2019).
"Memang ada soal yang kisi-kisinya sedikit. (Maksudnya) di kisi-kisinya tidak membahas panjang lebar, namun di soal ujiannya ada pengembangan dari kisi-kisi," kata dia.
Baca juga: Monitor Komputer Terlalu Terang, Siswi Kerjakan UNBK Pakai Kacamata Hitam
Satriwan yang saat itu juga menjadi pengawas ujian menceritakan bahwa terdapat kesalahan teknis terjadi.
"Tahun ini sih keluhannya yang pertama, ada satu yang soalnya salah begitu (jawabannya tidak ada). Akhirnya secara manual pengawas harus memasukkan nama-nama siswa dan soal yang keliru itu secara online," ujar dia.
Meskipun banyak yang mengeluh, lanjut Satriwan, beberapa siswa yang bersekolah di tempat ia mengajar tidak mengalami kesulitan berarti.
Menurut Satriwan, FSGI telah melakukan komunikasi dengan Kemendikbud untuk melakukan beberapa pelatihan kepada para pengajar di Indonesia.
"FSGI tak henti-hentinya meminta Kemendikbud untuk memberi pelatihan penguasaan pembelajaran berbasis HOTS untuk para guru, sehingga didesain pembelajaran yang mendukung HOTS sejak kelas-kelas awal. Jadi siswa dan guru tak kaget lagi jika menemukan soal dengan penalaran tingkat tinggi," ujar dia.
Baca juga: Melihat Semangat Siswa Berkebutuhan Khusus Jalani Ujian Nasional...
Satriwan menuturkan, pelatihan yang diberikan oleh Kemendikbud masih kurang maksimal.
"Buktinya guru-guru di Jakarta misalnya belum banyak tersentuh pelatihan-pelatihan tersebut. Termasuk di daerah, seperti Batam, Medan, Bengkulu, Garut, Lombok, Mataram, Bima (berdasarkan laporan jaringan FSGI di daerah tersebut)," tutur dia.
Dia menjelaskan, pembelajaran berbasis HOTS merupakan sistem baru yang dimasukkan ke dalam kurikulum tahun 2013 revisi tahun 2016.
"Artinya Kemendikbud memang harus memahami konsekuensinya, yaitu dengan melatih guru. Termasuk bekerja sama dengan P4TK (Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Pendidik) serta LPMP (Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan) di daerah-daerah," tambah Satriwan.
Satriwan mengimbau para pengajar untuk terus meningkatkan kompetensi yang dimiliki. Sedangkan, para siswa diminta untuk melaksanakan ujian secara jujur.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.