Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Teaching Factory", Ini Cara SMK Menjawab Tantangan Industri

Kompas.com - 26/04/2019, 21:32 WIB
Anissa DW,
M Latief

Tim Redaksi

KUDUS, KOMPAS.com – Belasan perempuan berjilbab berbaris di belakang panggung. Saat musik diputar, satu per satu mereka berjalan keluar dengan senyum mengembang di wajah.

Dengan menggunakan pakaian warna-warni bercorak lurik khas Jawa, mereka berlenggak-lenggok di atas panggung. Layaknya peragawati profesional, mereka berjalan sambil memamerkan pakaian yang mereka kenakan.

Ada yang istimewa pada peragaan busana itu. Sebab, koleksi pakaian yang mereka tampilkan itu bukan hasil rancangan desainer terkenal, tapi kreasi tangan pelajar sekolah menengah kejuruan (SMK) tata busana NU Banat, Kudus, Jawa Tengah.

Walaupun dibuat oleh anak-anak SMK, kualitas karya mereka tak bisa diremehkan. Pakaian-pakaian yang mereka desain telah dipamerkan di banyak fashion show, baik di dalam maupun luar negeri, seperti pada Muslim Fashion Festival 2017.

Tak hanya itu, produk pakaian tersebut juga dipasarkan ke masyarakat secara online melalui berbagai e-commerce dengan merek fashion bernama Zelmira.

Teaching factory

Kemampuan siswa-siswi untuk menghasilkan karya itu merupakan hasil dari metode belajar Teaching Factory yang diterapkan di SMK NU Banat.

Teaching factory merupakan sebuah konsep pembelajaran yang berorientasi pada produksi dan bisnis untuk menjawab tantangan perkembangan industri saat ini dan nanti.

"Teaching factory adalah model pembelajaran yang membawa suasana industri ke sekolah sehingga sekolah bisa menghasilkan produk berkualitas industri," terang Kasubdit Kurikulum Direktorat Pembinaan SMK Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Mochamad Widiaynto, Kamis (25/4/2019).

Dengan proses pembelajaran teaching factory, siswa dapat belajar dan menguasai keahlian atau keterampilan yang dilaksanakan berdasarkan prosedur dan standar kerja industri sesungguhnya.

Bukan hanya itu. Produk-produk yang dibuat para siswa sebagai proses belajar pun bisa dipasarkan ke masyarakat sehingga hasilnya dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan biaya operasional sekolah.

Program Director Djarum Foundation Primadi H. Serad, saat memaparkan konsep teaching factory yang diterapkan Djarum Foundation ke 16 SMK binaan mereka, Kamis (25/4/2019) Program Director Djarum Foundation Primadi H. Serad, saat memaparkan konsep teaching factory yang diterapkan Djarum Foundation ke 16 SMK binaan mereka, Kamis (25/4/2019)

Widiyanto menjelaskan, konsep teaching factory sudah mulai diterapkan ke beberapa SMK sejak 2015 lalu.

"Dulu pernah ada istilah production unit. Kami minta sekolah untuk memproduksi yang hasilnya ditawarkan ke masyarakat," terang Widiyanto.

Lambat laun konsep tersebut diarahkan untuk fokus pada teaching factory. Menurut dia, melalui metode inilah produk buatan siswa merupakan hasil proses pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum. Misalnya, siswa jurusan tata boga akan menghasilkan produk boga.

Djarum Foundation, sebagai pihak yang membantu membina penerapan konsep teaching factory mengatakan bahwa penerapan teaching factory merupakan salah satu jawaban terhadap kesenjangan yang selama ini terjadi antara proses belajar siswa dengan kebutuhan industri.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com